Lombok
Barat (postkotantb.com)- Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar
Nahdlatul Ulama 2017 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) membahas enam
persoalan penting pada Komisi Rekomendasi, Jumat (24/11/).
Dalam
sidang yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Bengkel, Labuapi,
Lombok Barat itu, Masduki Baidlowi sebagai pimpinan sidang komisi menjelaskan
enam persoalan penting tersebut.
Enam
pokok persoalan tersebut ialah pertama, ekonomi dan kesejahteraan. Kedua,
penanggulangan radikalisme. Ketiga, sosial dan kesehatan. Keempat, pendidikan.
Kelima, politik dalam negeri dan internasional, dan keenam, perdamaian timur
tengah.
“Keenam
persoalan tersebut dibahas untuk mengerucutkan tema besar Munas dan Konbes NU
2017 di NTB ini,” jelas Masduki Baidlowi.
Sidang
yang dihadiri oleh para pengurus PWNU dari seluruh Indonesia ini menghadirkan
sejumlah narasumber di antaranya, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus
Yahya), Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Komisioner
Ombudsman RI Ahmad Suaedy, Ketua Lembaga Pedidikan Ma’arif NU KH Arifin
Junaidi, dan Ketua PP Fatayat NU Anggia Ermarini.
Gus
Yahya dalam arahannya menegaskan, NU sebagai jam’iyah atau organisasi telah
banyak berkiprah untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara bahkan dalam skala
global. Forum Munas dan Konbes NU ini, menurut keponakan Gus Mus tersebut
merupakan salah satu wadah untuk menghasilkan keputusan-keputusan penting.
Ia
menyinggung persoalan radikalisme sebagai persoalan pelik yang sampai saat ini
masih perlu pencegahan, baik secara ideologis maupun identifikasi hal-hal yang
menjadi dampak timbulnya gerkan-gerakan radikal.
“Bagi
saya, penting untuk memahami persoalan radikalisme ini dari berbagai sisi, baik
itu ekonomi, tatanan sosial, dan lain-lain,” kata Gus Yahya.
Ia
sering melihat upaya propaganda radikal di berbagai kanal media. Kelompok
radikal selalu menghadirkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis sebagai alat
pembenaran gerakannya.
“Jadi,
penting bagi kita untuk memahami dalil-dalil agama dan akar persoalan
radikalisme itu sendiri,” terangnya.
Sampai
berita ini ditulis, diskusi keenam item rekomendasi tersebut sedang dibahas
secara serius untuk menghasilkan rumusan yang matang. (RZ)
0 Komentar