Produser Film Naura & Genk Menemui Ketua MUI Klarifikasi Film Kontroversi Film Tersebut |
Jakarta
(postkotantb.com)- Terkait kontroversi film Naura & Genk Juara yang
belakangan ini menjadi viral di media sosial, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengaku sudah menerima klarifikasi dari Lembaga Sensor Film (LSF).
Wakil
Ketua MUI Masduki Baidlawi mengatakan, dalam klarifikasi itu, LSF telah menyatakan
bahwa tidak ada permasalahan dalam film yang saat ini seang diputar di
bioskop-bioskop itu. "Apalagi, ada penghinaan terhadap agama Islam, "
ujar Masduki saat dihubungi melalui sambungan telpon.
Menurut
Wasekjen PBNU itu, sebelum meloloskan film drama musikal anak tersebut LSF
telah mengundang sejumlah ahli dan akademisi untuk ikut menyaksikan film.
"Bahkan, salah satunya berasal dari MUI. Jadi, sebetulnya sudah clear dan
tidak ada masalah," tegasnya.
Meski
begitu, lanjut Masduki, MUI akan menerima permintaan LSF untuk menyaksikan film
tersebut dalam rangka melakukan klarifikasi. "Hal itu perlu kami lakukan
agar masyarakat menjadi tenang," tuturnya.
Produser
film Naura dan Genk Juara, Amalia Prabowo juga telah menemui Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, di Bogor, Rabu (27/11). Tujuan kedatangannya
adalah menjelaskan latar belakang dibuatnya film ini dan tidak adanya
sedikitpun tujuan untuk mendiskreditkan pihak tertentu.
Menurut
Amalia, film yang dibintangi oleh aktris cilik Adyla Rafa Naura Ayu ini
benar-benar bertujuan untuk berbagi kebahagiaan dan pesan-pesan positif kepada
anak-anak Indonesia.
“Kami
ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak ditengah sedikitnya film musikal
yang ditujukan untuk mereka. Tujuan kami sowan ke Kiai Maruf Amin adalah
mengkomunikasikan hal tersebut dan meluruskan pandangan yang berkembang di
masyarakat,” ujar perempuan berjilbab ini.
Sementara
Ketua Umum MUI, KH Maruf Amin mengungkapkan pihaknya mendukung film Naura dan
Genk Juara bila memang tujuannya memberikan pembelajaran positif bagi anak-anak
Indonesia. MUI, menurut Maruf, juga menghargai mekanisme yang dilakukan Lembaga
Sensor Film (LSF) sebelum film ini dirilis, termasuk adanya unsur MUI di dalam
proses screening tersebut.
“Kami
menghimbau masyarakat untuk Tabayyun, menonton terlebih dahulu baru
berpendapat. Jangan hanya melihat dari sosial media. Untuk para pekerja seni,
saya himbau jangan patah semangat,” ungkap Maruf.
Amalia
menambahkan, setelah menggelar nonton bareng bersama tokoh-tokoh NU dan puluhan
anak yatim di Surabaya (25/11), dan puluhan tokoh serta pengurus Muhammadiyah
di Jakarta (23/11), pihaknya perlu menyampaikan tanggapan positif para tokoh
dan anak yatim tersebut kepada Ketua Umum MUI. Nobar juga sudah digelar di
berbagai kota, seperti Balikpapan, Makasar, Lampung, Bandung, Jakarta, dan
sejumlah kota lain dengan respon positif dari orang tua dan anak-anak yang
menonton.
“Tanggapan
positif tersebut menguatkan kami. Dan semangat positif ini yang juga ingin kami
sampaikan kepada Kiai Ma’ruf sebagai tokoh Islam yang sangat kita hormati. Kami
juga meminta pendapat dan wejangan dari beliau agar terus bersemangat berkarya
untuk anak-anak Indonesia,” ujar sineas yang juga memproduseri film Wonderdul
Life ini.
Demikian
dikatakan Ketua Lembaga Sensor Film ( LSF ) Ahmad Yani Basuki , Wakil Ketua MUI
, Masduki Baidlawi dan Direktur Setara Institute Hendardi melalui siaran pers yang disampaikan
ke Media di Mataram , Rabu, (29/11)Ketua LSF Ahmad Yani Basuki, menegaskan LSF
selaku penanggungjawab yang meloloskan film tersebut mempunyai standar dasar
atau parameter untuk menyensor sebuah film. Penilaian sensor itu, meliputi
judul, tema adegan dan ungkapan dalam film. Dari semua aspek yang yang kita
teliti, tak satupun yang mencitrakan Islam secara negatif.
"Jadi,
kalau diarahkan seperti menista agama atau melecehkan, kami tidak sampai
kesana. LSF tidak melihat muatan semacam itu," ujar Ahmad Yani.
Meski
begitu, Ahmad Yani berharap agar orang tua mendampingi anaknya saat menonton
film. Menurut Ahmad Yani, orang tua memiliki kewajiban untuk menjelaskan kepada
anak, bukan lantas bereaksi berlebihan terhadap sebuah film.
"Itu
kan fenomena sosial yang seperti itu bisa saja terjadi. Sama lah ketika film
barat, pencurinya yang tentu bukan Islam, misalnya [menyebut] 'Oh my
God!",
Diakui
Ahmad Yani, dalam film tersebut terdapat adegan dimana salah satu penjahat
mengucapkan istighfar. Namun, menurutnya ucapan tersebut merupakan ucapan
spontanitas yang awam diucapkan oleh orang-orang kebanyakan.
"Dari
kacamata LSF melihatnya itu bentuk-bentuk spontanitas, itu bisa terjadi pada
siapa saja. Begitu juga, kebetulan itu terjadi di Indonesia, kita tidak fokus
pencuri itu Islam atau Kristen, tapi dia kan tidak menggunakan atribut Islam.
Dan tampilannya, menurut LSF, adalah tampilan penjahat," jelasnya.
Bagi
LSF, imbuhnya, film yang diloloskan dan dikritisi publik menjadi perhatian
badan tersebut. Namun ia menegaskan kritik terhadap suatu film semestinya
sesuai proporsi dan konteks.
Film
yang disutradarai Eugene Panji ini melibatkan 140 pemeran anak dan pengambilan
gambar dilakukan selama bulan puasa. Menurut Amalia, para pemeran cilik tetap
berpuasa penuh ditengah jadwal syuting yang padat. Film yang dirilis tanggal 16
November lalu ini juga untuk mengobati kerinduan akan film musikal anak,
setelah Petualangan Sherina yang dirilis 17 tahun lalu.
Polemik
film drama musikal, Naura dan Genk Juara terus berlanjut di masyarakat. Film
garapan sutradara Eugene Panji ini menuai kontroversi lantaran dianggap
mendiskreditkan agama Islam. Selain ajakan boikot terhadap film tersebut,
muncul juga petisi melalui media digital.(RZ)
0 Komentar