Mataram
(postkotantb.com)- Kiprah Kyai Abdurahman Wahid yang lebih di kenal dengan nama
Gus Dur dalam membangun Indonesia masih menjadi topik pembicaraan di berbagai
forum diskusi. Keberhasilan Gusdur selama menjadi presiden khususnya di sektor
ekonomi dan keberagaman bermasyarakat menjadi acuan pluralisme di zaman
sekarang.
Keberhasilan
Gusdur juga menjadi pembahasan utama dalam diskusi publik dengan mengambil tema
belajar dari model ekonomi Gusdur yang di gelar oleh West Nusa Tenggara
Development Center (WNTDC), Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), PKC PMII NTB,
dan M 16,. Dalam diskusi ini hadir Yenny Wahid sebagai keynote speaker, Gede
Chandra dari Lembaga Survey Perjuangan menjadi pembicara dan Dr. Ir H. Anas
Zaini M.sc.
Direktur
M 16 Bambang Mei "Didu" dalam pengantar diskusi publik mengemukakan
bahwa diskusi ini dihajatkan untuk mengingat kembali kesuksesan Presiden Gusdur
terutama dalam membangkitkan perekonomian bangsa yang saat itu terpuruk akibat
peralihan kekuasaan.
Gede
Chandra menjelaskan diskusi publik ini mengupas tentang keberhasilan sistem
ekonomi selama pemerintahan Gusdur. Beberapa catatan keberhasilan Gusdur
menunjukan tim ekonomi yang di pilih Gusdur mempunyai kapasitas yang mumpuni. Beberapa
catatan keberhasilan di sektor ekonomi yang menjadi pembahasan diantaranya
reformasi di tubuh Bulog. Pada era Gusdur terjadi mutasi besar-besaran di tubuh
Bulog, kondisi bulog yang selalu merugi dan tidak sehat membuat Gusdur melakukan
mutasi dan memberhentikan sejumlah pejabat Bulog. PT Dirgantara Indonesia
menjadi nama anyar pada era Gusdur. Sebelumnya PT DI masih bernama Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada tahun 1998, kondisi carut marut dan
terjadi kerugian sejak di ambil alih tim ekonomi Gusdur dan berganti nama
secara perlahan memperlihatkan kinerja membaik, bahkan mencatatkan keberhasilan
penjualan sebesar 1,4 triliun, jumlah ini nyaris mencapai tiga kali lipat dari
penjualan sebelum di ambil alih tim ekonomi Gusdur.
Begitu
juga dengan PT PLN, sektor properti dan usaha kecil menengah (UKM) dan usaha
tani. Di pimpin tim ekonomi Rizal Ramli pada saat itu, reformasi dan perbaikan
gencar di lakukan bahkan sektor properti yang menjadi penyangga ekonomi karena
terkait dengan 100 jenis industri mampu di bangkitkan kembali pasca terpuruk
krisis ekonomi. Kebijakan Gusdur meluncurkan kebijakan restrukturisasi utang
bagi ppara pengembang properti menjadi angin segar bangkitnya kembali sektor
ini.
Yenny
Wahid selain menyoroti kinerja tim ekonomi juga menegaskan kembali label tokoh
pluralis yang di sematkan ke Gusdur. Menurut Yenny Gusdur bukanlah sosok yang
membela kaum minoritas seperti yang di dengungkan selama ini. Yenny menegaskan
Gusdur lebih tepat di sebut sebagai pembela kaum yang tertindas. Ia mengatakan
kaum lemah dan tertindas tidak hanya dari suku minoritas bahkan dari suku
mayoritaspun banyak yang tertindas di era tersebut.
“jadi
saya tegaskan, Gusdur bukanlah pembela kaum minoritas, tetapi Gusdur membela
kaum lemah dan tertindas, baik itu minoritas ataupun mayoritas apabila
tertindas akan di bela.” Paparnya.
Yenny
menjelaskan setelah era reformasi bergulir terjadi perlakuan yang tidak
seimbang terhadap kaum minoritas. Beranjak dari perlakuan yang di anggap tidak
adil inilah yang membuat Gusdur tergerak untuk membela dan membantu kaum
minoriitas.(RZ)
0 Komentar