Mataram (postkotantb.com)- Gelaran Pesta demokrasi rakyat di NTB
saat ini minus partisipasi aktif kalangan intelektual Kampus dalam memberikan
pencerahan politik kepada rakyat . Sebagai Avant Garde demokrasi, Kampus tidak
boleh membiarkan rakyat berjalan tanpa panduan moral.
Minimnya keterlibatan kalangan kampus dalam mewarnai proses
dialektika Pemilukada NTB makin memperkuat asumsi bahwa kampus back to basic
dan steril dalam urusan politik. Akibatnya Kampus makin terasing dengan
realitas lingkungan sosialnya.
Kampus dipandang makin berjarak dengan realitas sosial politik
kemasyarakatan, karena absent memberikan edukasi dalam perspektif
moral politik yang benar kepada konstituen. Sebagai pemandu moral yg netral
sejatinya Kampus bisa memainkan perannya sebagai wasit moral yang baik bagi
rakyat dalam menentukan pilihan politiknya.
Akibat tidak adanya second opini yang aktif dari kalangan kampus
yang dihibahkan buat referensi rakyat, maka ada nuansa yg hilang dan
kemeranggasan nilai dalam konstestasi Pemilukada serentak di NTB 2018.
Menurut Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, SH ditengah hiruk
pikuk situasi partisan menyongsong Pilkada serentak ini, harusnya
intelektual kampus turut berpartisipasi secara aktif memberikan votter
education atau pendidikan pemilih agar memiliki perspektif politik yang benar
dlm menentukan pilihannya. " Kampus sebagai salah pilar lokomotif
demokrasi tidak boleh berpangku tangan menyaksikan Pemilukada NTB ini," ujar
didu, panggilan akrab Bambang Mei F.
Bagi Didu dalam konteks kekinian, trust publik terhadap Kampus
masih tinggi dan opini yg dibangun oleh intelektual kampus masih memiliki
kredibilitas yang tinggi Dimata rakyat. "Untuk itu kampus segera mengagregasi
situasi Pilkada NTB membangun wacana/ opini secara intens sekaligus turba,"
pinta Didu.
Untuk itu Mi6 menghimbau, intelektual dan cendekiawan di NTB
segera turun gunung dari menara gading tembok Kampus dan merapatkan barisan
bersama rakyat memberikan pencerahan dan pendidikan pemilih yang benar."
Keterlibatan kampus ini akan menjadi spirit buat rakyat menjadi pemilih yang bertanggungjawab,"
ujar didu.
Selain itu Didu melihat apatisnya kalangan
kampus dalam Pilkada NTB tidak terlepas dari ketidaksamaan pandangan dalam
melihat proses politik Pemilukada ini." Benturan nilai/moral dengan
realitas politik ( baca: politik transaksional ) inilah salah satu
yang membuat kampus agak menghindar dalam percaturan politik Pemilukada
agar tidak dikooptasi," pungkasnya. (Eka)
0 Komentar