Breaking News

Perusak Bale Adat di Lotim Ramai-Ramai Minta Perlindungan, Ngaku Dibayar Rp. 25 Ribu

 


Lomnok Timur (postkotantb.com) - Sejumlah warga yang terlibat dalam perusakan bale adat di Dusun Kedome, Desa Ketapang Raya, Kecamatan Keruak, ramai-ramai meminta perlindungan  agar dibebaskan dari segala tuduhan hukum.

Warga yang ikut dalam aksi perusakan tersebut tak menduga jika keterlibatan mereka merusak Bale adat milik Bunda Sainah bakal diproses hukum. Sebab, sebagian dari warga yang ikut aksi perusakan, satu persatu dipanggil penyidik kepolisian untuk dimintai keterangan.

Bahkan, mereka tak menyangka jika kehadiran mereka di TKP saat itu ternyata diminta ikut serta melakukan perusakan bangunan. Padahal, rerata warga yang dibayar sebesar Rp. 25.000 per orang itu hanya dijanjikan pekerjaan tanpa pernah diketahui pekerjaan melakukan perusakan bale adat.

Suparman misalnya, salah satu pelaku yang ikut serta dalam aksi perusakan itu. Dia mengaku dibayar Rp. 25.000 bersama 3 orang teman lainnya yang juga merupakan anggota Badan Keamanan Desa (BKD) Desa Pijot, Kecamatan Keruak. Bahkan, ia dan rekan lainnya merasa dijebak untuk melakukan aksi perusakan.

"Saya dan beberapa teman disuruh sama Miq Samsi untuk ikut karena ada pekerjaan. Tapi, pekerjaan itu ternyata merusak bangunan bale Adat. Awalnya saya tidak mau tapi Miq Samsi minta saya untuk mengambil palu dan menghancurkan keramik," tutur Supar demikian Suparman disapa salah seorang anggota BPD Desa Pijot kepada wartawan, Selasa (17/10/2023).

Dia juga mengaku tidak mengetahui alasan bangunan itu hingga harus dirusak. Sebab, dia hanya mendapat perintah karena diiming-imingi upah sebesar Rp. 25.000.

"Saya tidak tahu sama sekali kenapa bangunan itu dirusak.Saya juga tidak kenal siapa itu H.Sukismoyo sebagai orang yang memberi perintah," terang Supar bercerita.

Saat ini kata dia, tengah diperiksa penyidik kepolisian dalam kasus tersebut. Karenanya, ia meminta perlindungan hukum kepada pelapor Sainah agar keikutsertaannya murni karena ketidaktahuannya.

Hal serupa juga disampaikan Harsanah, pelaku lainnya. Dia mengaku merasa dijebak untuk melakukan perusakan bale adat yang  sejatinya tidak diketahuinya sama sekali.

"Saya bersama Supar dan Miq Rul hanya ditawarkan pekerjaan. Tapi tidak tahu pekerjaan apa?. Tapi setelah sampai di TKP malah kami diminta untuk menghancurkan keramik dan bangunan lainnya dengan upah Rp. 25.000 per orang," lagi-lagi Harsanah menuturkan kronologis kejadian awal itu.

Sementara itu, Ketua BKD Desa Pijot, L. Syamsi bersama H. Sukismoyo yang diduga otak pelaku perusakan bale adat Dusun Kedome, Desa Ketapang Raya, Keruak saat dihubungi media berkali-kali via phone tak mau menjawab. (CN/Red)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close