Breaking News

Masyarakat KLU Sholat Hari Raya Idul Adha 1445 H 2024 di Lapangan Kantor Bupati Lombok Utara

 


Lombok Utara (postkotantb.com) - Kutbah yang sampaikan Khatib: DR. TGH. Zaki Abdillah, Lc.MA, MEMEDOMANI NILAI-NILAI PENGORBANAN Oleh : Dr. Zaki Abdillah Lc. MA,
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd!"

Jamaah shalat Iedul Adha yang dimuliakan Allah SWT!
Marilah kita bersama-sama berupaya meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan berusaha melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Semoga kita menjadi insan-insan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd!

Hadirin yang dimuliakan Allah!
Alhamdulillah hari ini Allah memberikan kita kesempatan untuk kembali berada di hari raya Idul Adha atau hari raya korban. Hari di mana kita dituntut untuk menyisihkan sedikit harta, berkorban untuk mengadiahi para tetangga dan mengasihi orang-orang miskin di sekeliling kita.


Kurban adalah ibadah Agung, syi’ar Islam yang harus selalu dihidupkan sebagai jembatan kasih sayang antara sesama umat.
Ibadah korban adalah ibadah yang sudah lama disyariatkan bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW. Insan pertama dalam sejarah umat manusia yang menjalankan ibadah korban adalah Qabil dan Habil. Korban dua insan anak Nabi Adam ini dilatarbelakangi oleh perseteruan di antara mereka berdua.

Qabil memiliki saudara kembar perempuan bernama Iqlima. Manakala Habil memiliki saudara perempuan bernama Labuda. Iqlima dikenal sebagai wanita yang memiliki paras cantik. Beda dengan Labuda yang parasnya biasa-biasa saja. Turunlah syariat pada saat itu, di mana anak-anak Nabi Adam tidak boleh menikah dengan saudara kembar.

Maka terjadilah perkawinan silang, Qabil harus menikah dengan Labuda, sedangkan Habil harus menikah dengan Iqlima. Qabil menolak, ia tak sudi menikah dengan Labuda saudara kembarnya Habil karena tidak memiliki wajah secantik Iqlima. Dari sinilah perseteruan itu bermula. Keduanya pun diperintahkan untuk berkorban dengan menyisihkan harta yang mereka miliki.

Sebagai seorang peternak, Habil mengorbankan seekor kambing yang gemuk dan sehat, manakala Qabil mengorbankan hasil pertaniannya yang sudah rusak dan busuk. Alhasil, hanya korban Habil yang terima Allah, sedangkan korban Qabil ditolak. Qabil pun marah dan membunuh Habil saudaranya sendiri.

Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam al-Quran dengan firman-Nya :

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ۝٢٧

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (korban Habil) dan tidak diterima dari yang lainnya (korban Qobil). Berkata (Qobil) : Aku pasti membunuhmu! Habil menjawab : sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang yang berakwa (Al-Maidah : 27)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd!

Dari peristiwa Korban Qobil dan Habil ini, ada tiga pembelajaran penting yang bisa kita petik :

Pertama, setiap pengorbanan harus disertai dengan keikhlasan.

اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
“sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang yang bertakwa (ikhlas)”

Demikianlah kalimat yang dilontarkan oleh Habil kepada Qobil, yang mengisyaratkan bahwa tidak mungkin Allah menerima korban tanpa keikhlasan.

Ikhlas dalam berkorban artinya memurnikan aktivitas kita semata-mata karena Allah SWT. Bukan karena ingin dipuji orang lain atau bukan karena ingin meraih kepentingan-kepentingan pribadi.

Orang yang ikhlas memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Semua manusia akan menjadi target tipu daya setan kecuali orang yang ikhlas.

Ketika iblis dilaknat oleh Allah dan dikeluarkan dari surga, ia berjanji akan menyesatkan semua manusia kecuali orang-orang yang ikhlas. Iblis dan setan tidak akan mampu menggoda orang-orang ikhlas. Karena mereka tidak akan terpengaruh, baik oleh pujian maupun makian!

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd!

Pembelajaran kedua : dalam berkorban hendaklah memberikan yang terbaik.

Allah berfirman dalam al-Quran

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya

Dalam konteks berkorban, Nabi SAW mengharuskan kita untuk menyembelih hewan korban yang terbaik, sehat, gemuk dan tidak memiliki cacat. Sebab itu Nabi SAW melarang 4 jenis cacat pada hewan korban yang tidak boleh dikorbankan yaitu hewan yang buta, pincang, sakit dan terlalu kurus.

وَعَنِ اَلْبَرَاءِ بنِ عَازِبٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: – “أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي اَلضَّحَايَا: اَلْعَوْرَاءُ اَلْبَيِّنُ عَوَرُهَا, وَالْمَرِيضَةُ اَلْبَيِّنُ مَرَضُهَا, وَالْعَرْجَاءُ اَلْبَيِّنُ ظَلْعُهَا  وَالْكَسِيرَةُ اَلَّتِي لَا تُنْقِي” – رَوَاهُ اَلْخَمْسَة ُ

Dari Al Bara’ bin ‘Azib r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, “Ada empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan korban: (1) buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, (2) sakit dan tampak jelas sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.” (H.R. Imam Ahmad).


Ini semua adalah isyarat bahwa ketika kita sudah niatkan untuk berkorban di jalan Allah, maka jangan setengah-setengah. Persembahkanlah korban terbaik kita, nescaya Allah juga akan memberikan imbalan terbaik kepada kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil hamd!

Pembelajaran ketiga : korban mengeratkan kebersamaan.

Menyembelih hewan korban tidak hanya sekedar acara seremonial. Ibadah ini memiliki dampak sosial yang besar. Ibadah korban adalah bukti kepedulian orang-orang mampu terhadap orang-orang miskin yang tak mampu membeli daging. Ibadah korban juga syi’ar yang mengeratkan kebersamaan antara seseorang dengan tetangganya, sahabatnya bahkan semua orang-orang di sekelilingnya. Ibadah korban merupakan symbol bahwa hidup kita ini harus berbagi, saling memberi. Tidak boleh saling membenci apalagi saling memaki. Maka setelah pelaksanakan ibadah korban nanti kita harus terus mengeratkan kebersamaan agar kita hidup dalam keberkahan.   


Hadirin yang dimuliakan Allah!
Mudah-mudahan kita bisa menyisihkan sedikit harta untuk membeli hewan korban agar kita bisa berbagi.

Ingatlah! Harta, kedudukan dan semua nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita kelak akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah SWT.

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِࣖ ۝٨
Kemudian, kamu pasti akan ditanya tentang segala kenikmatan (yang Allah berikan kepadamu). (@ng)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close