Mataram (postkotantb.com)- Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTB, Ida Made Santi Adnya mengaku gelisah dengan fenomena yang di mana belakangan ini para sulinggih terlihat dilibatkan oleh oknum tertentu, dalam kepentingan politik menjelang Pilkada.
"Saya prihatin dan merasa gelisah. Ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan Sulinggih untuk kepentingan-kepentingan tertentu, apalagi kepentingan politik," sesalnya, Senin (26/08).
Keberadaan PHDI NTB, kata Ida Shanti, sebagai penetralisir. Karena beberapa Sulinggih terlihat mencolok memberikan dukungan politik terhadap sejumlah bakal calon. Padahal seharusnya, Umat Hindu dapat menjaga keberadaan para Sulinggih sesuai martabat kesuciaannya.
Secara etimologi, lanjut Ida Santi, 'Su' artinya 'Baik', 'Linggih' artinya 'Tempat'. Begitu juga dengan gelar Pendanda berasal dari istilah sansekerta. 'Pade' artinya 'Tali', dan 'Ande artinya Kaki. Maknanya, gelar Pedanda diemban oleh seseorang yang diikat dengan hukum-hukum (Sasana).
Ia menegaskan, pihaknya tidak menyalahkan jika menjelang pilkada, ada beberapa calon yang mendatangi Sulinggih untuk meminta doa restu. Namun jangan sampai Sulinggih terbawa arus politik.
"Kalau sudah menjadi Sulinggih itu Ngeloka Pala Sraya. Maknanya, menjadi tempat berlindung dan bersandarnya masyarakat. Sehingga terjadi keseimbangan di alam ini. Jadi, mari kita jaga Martabatnya," ajaknya.
"Bagi masyarakat atau ormas Hindu, silahkan menentukan pilihannya. Yang saya konsen itu bagaimana nama baiknya Sulinggih kita lindungi," pesannya.(RIN)
"Saya prihatin dan merasa gelisah. Ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan Sulinggih untuk kepentingan-kepentingan tertentu, apalagi kepentingan politik," sesalnya, Senin (26/08).
Keberadaan PHDI NTB, kata Ida Shanti, sebagai penetralisir. Karena beberapa Sulinggih terlihat mencolok memberikan dukungan politik terhadap sejumlah bakal calon. Padahal seharusnya, Umat Hindu dapat menjaga keberadaan para Sulinggih sesuai martabat kesuciaannya.
Secara etimologi, lanjut Ida Santi, 'Su' artinya 'Baik', 'Linggih' artinya 'Tempat'. Begitu juga dengan gelar Pendanda berasal dari istilah sansekerta. 'Pade' artinya 'Tali', dan 'Ande artinya Kaki. Maknanya, gelar Pedanda diemban oleh seseorang yang diikat dengan hukum-hukum (Sasana).
Ia menegaskan, pihaknya tidak menyalahkan jika menjelang pilkada, ada beberapa calon yang mendatangi Sulinggih untuk meminta doa restu. Namun jangan sampai Sulinggih terbawa arus politik.
"Kalau sudah menjadi Sulinggih itu Ngeloka Pala Sraya. Maknanya, menjadi tempat berlindung dan bersandarnya masyarakat. Sehingga terjadi keseimbangan di alam ini. Jadi, mari kita jaga Martabatnya," ajaknya.
"Bagi masyarakat atau ormas Hindu, silahkan menentukan pilihannya. Yang saya konsen itu bagaimana nama baiknya Sulinggih kita lindungi," pesannya.(RIN)
0 Komentar