Danrem 162/WB Kol Inf Farid Makruf Memberi Penjelasan Pengamanan Pilkada Kepada Awak Media |
Mataram
(postkotantb.com)- Distribusi biaya pengamanan pilkada yang di kelola oleh
Polda NTB menjadi sorotan. Sejumlah pihak menilai anggaran untuk instansi
pengamanan vertikal lainnya seperti TNI atau Korem 162/WB dinilai masih kurang.
Polda NTB sendiri mengalokasikan anggaran pengamanan pilkada untuk korps loreng
sebesar 4,4 milyar rupiah atau hanya 12 persen dari total anggaran pengamanan
pilkada yang di kelola Polda NTB yang mencapai 35 milyar rupiah.
Komandan
Korem 162 Wirabhakti, Kolonel Inf. H. Farid Makruf, mengakui jika mengacu pada
indeks kebutuhan personil pengamanan TNI, dana 4,4 miliar terbilang masih
kurang. Penyesuaian kebutuhan personil untuk membackup pasukan Polri melakukan
pengamanan, telah diploting sebanyak 2/3 dari pasukan Polri yang dikerahkan.
Artinya setiap kondisi pengamanan Pilkada yang melibatkan anggota Polri, TNI
akan menyesuaikan kebutuhan personil yang diminta.
“Kita
dari tingkat Kompi, Peleton dan Regu, menyesuaikan seberapa besar permintaan
perbantuan pasukan kita berikan. Tetapi dana 4,4 miliar ini kalau kita
perhitungkan betul dengan jumlah kekuatan TNI dari jumlah dua pertiga pasukan
Polri itu belum cukup. Karena setiap kondisi pengamanan yang ada, kami tetap
diperintahkan untuk membackup dua pertiga dari total yang dikerahkan Polri,”
ujarnya saat menggelar coffee morning dengan awak media di Gebang, Senin (16/4).
Meski
demikian Danrem mengatakan sesuai dengan komitmen TNI yang menjadikan NKRI
sebagai harga mati. Jati diri personil TNI dalam menjaga keamanan daerah tak
akan diredupkan hanya karena minimnya dana pengamanan. “Saya tidak tergantung
dengan jumlah dana, kita manfaatkan dana yang ada ini dengan semaksimal
mungkin. Intinya kita siap mendukung pengamanan Pilkada,” tegasnya.
Danrem
sendiri menyatakan telah menyiapkan pasukan khusus yang nantinya akan di
terjunkan bila terjadi situasi darurat. Pasukan tersebut berasal dari Yonif 742
SWY. Pasukan ini merupakan pasukan terlatih dalam mengamankan situasi darurat. Sementara
dari kajian dan analisis intelijen pada pemilukada tahun ini, Bima menjadi
daerah pertama yang masuk dalam zona merah pengamanan, kemudian di susul
Kabupaten Lombok Timur. Menurut Danrem kedua wilayah tersebut mempunyai potensi
terjadinya gesekan dan konflik komunal.
“Bima
karakter masyarakatnya yang keras. Lombok Timur kita tau pasangan nomor 4 dan 3
itu beda organisasi. Jadi saya berharap pendukungnya tetap mengutamakan
kedamaian tidak main fanatisme yang berlebihan. Sementara kalau di Sekotong
sebelumnya itu memang ada gesekan tapi semua bisa diatasi,” Pungkas Danrem.(RZ)
0 Komentar