Mataram (postkotantb.com)- Salah satu program unggulan yang saat
ini digagas oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTB adalah industrialisasi. Dalam
hal ini, NTB sebagai salah satu sentra produksi ikan pindang di Indonesia,
dimana data tahun 2016 menunjukkan bahwa produksi ikan pindang NTB mencapai
53.326 ton.
Hal ini merupakan potensi yang cukup besar untuk pengembangan
industri ikan pindang, dimana ikan tidak hanya dijual begitu saja, tapi sisi
kualitasnya dapat lebih baik, sehingga meningkatkan nilai tambah.
Demikian ungkap Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj.
Sitti Rohmi Djalilah, saat hadir sekaligus memberikan sambutan dalam acara
Bussiness Matching Meeting (BMM), antara Produsen Ikan Pindang Sektor
Pariwisata dan Industri Komersil oleh FAO (Food and Agriculture Organization of
the United Nations) Regional Indonesia, bekerjasama dengan Pemprov NTB Melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, di Hotel Lombok Plaza, Rabu
(26/6/19).
Untuk itu, agar pelatihan ini dapat dirasakan manfaatnya, harus
ada transfer knowledge. "Bagi yang sudah dilatih nanti bisa dibagi
ilmunya, kepada kelompok lain yang belum mendapat kesempatan dilatih",
pesan Hj. Rohmi.
Hj. Rohmi
juga berharap, semoga program yang sudah dilaksanakan FAO bekerjasama dengan
KKP dan Pemprov. NTB ini bisa terus dilanjutkan, sehingga tidak hanya sampai
kepada kelompok yang dibantu saja, termasuk akan menyasar strategi marketing
yang semakin baik.
"Mudahan bisa terus berkolaborasi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Ir. Lalu
Hamdi, menyampaikan tujuan kegiatan ini untuk menginformasikan kepada konsumen
potensial, seperti para pelaku pariwisata, perhotelan, retail modern dan
lainnya untuk bisa memanfaatkan prodak ini.
"Kami berharap kepada FAO, mudah-mudahan setelah ikan
pindang ini dibantu meningkatkan kualitasnya, kami bisa dibantu juga untuk
pengolahan garam, karena itu masih dipasarkan bahan bakunya keluar sebab belum
bisa diolah disini, kita ingin tingkatkan kualitasnnya dan juga kemasannya yang
higienis", tambahnya.
Saat yang sama, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan KKP RI yang saat itu diwakili Catur Wicaksono, mengatakan proyek ini
didanai oleh pemerintah Jepang, untuk memberikan kontribusi yang signifikan dan
mata pencaharian bagi nelayan.
Catur juga mengungkapkan salah satu alasan memilih ikan pindang
sebagai komoditas utamanya dikarenakan, cara pengolahannya yang sederhana dan
perawatan yang relatif mudah, populer dan digemari masyarakat, rasanya yang
tidak asin dan memiliki asupan protein lebih banyak.
Dengan cara
pengolahan pindang yang sudah dimodifikasi akan menghapus pandangan akan
kurangnya kebersihan dan cara olah yang kurang baik selama ini.
"Kita telah melakukan pelatihan dan pengembangan prodak mulai Tahun 2018.
Kedepan, kami harap dapat menghasilkan produk ikan pindang yang higienis dan
diminati seluruh masyarakat", ucapnya.
Terakhir,
Catur Wicaksono mengucapkan terimakasih kepada FAO, KKP, Pemprov NTB, Dislutkan
NTB atas dukungannya, kami harap dapat menghasilkan produk-produk bermutu untuk
masyarakat. (RZ)
0 Komentar