Breaking News

Ahyar Abduh Bertekad Kembalikan Kejayaan Golkar di NTB

Ahyar Abduh salah satu calon kuat ketua DPD Golkar NTB 
Mataram (postkotantb.com)-  Partai Golkar Nusa Tenggara Barat menuju fase memilih nahkoda. Alot dan penuh lika liku mewarnai jalan menuju Musyawarah Daerah (Musda) sebagai wadah memilih calon pemimpin partai berlambang beringin tersebut. Bahkan dua kali Musda yang telah di jadwalkan tertunda.

Dua nama menjadi calon kuat calon penghuni kursi panas pucuk pimpinan yakni Walikota Mataram Ahyar Abduh dan Suhaili FT Bupati Lombok Tengah.

Menurut Ahyar maju mundurnya sebuah partai politik di suatu negara dan daerah, sangat tergantung dari komitmen, eksistensi, dan soliditas kader.

Kader jadi garda terdepan, bagi parpol dalam memperkuat eksistensi dan pengaruh politik di masyarakat, dan ditataran pengambil kebijakan.

Untuk tetap menjaga, merawat, dan memperkuat serta memperkokoh partai Golkar di NTB peran kader baik yang saat ini berada di eksekutif, legislatif maupun kader berada pengurusan ditingkat bawah dan  berbaur langsung aktivitas dan keseharian sosial di masyarakat tidak bisa dikesampingkan ujar mantan ketua DPD Golkar Kota Mataram ini.

Dengan jargon Suara Golkar adalah suara Rakyat harus menjadi spirit, motivasi dan visi misi kader Golkar dalam memaknai dan memperjuangkan aspirasi, harapan, hajat dan kepentingan masyarakat.

Hal itu jadi salah poin pemikiran calon ketua DPD Partai Golkar NTB, Ahyar Abduh. Jika nanti dirinya diamanahkan oleh Musyarawah Daerah (Musda) X DPD Golkar NTB.

“Kader Golkar tersebar dimana-mana. Dan tidak ke mana-mana. Tetapi belum terakomodir dan diberikan ruang peran dan eksistensi lebih memadai dan baik,” kata Wali kota Mataram, kemarin.

Ahyar sendiri merupakan salah satu kader senior di tubuh beringin. Tercatat 30 tahun lebih terlibat sebagai kader partai berlambang beringin tua. Pasang surut. Suka duka. Itu sudah dialami dan lalui.

Ahyar tetap menunjukan diri sebagai kader sejati. Tetap dan setia  dibawah rindang pohon beringin.

Sebagai kader, Ahyar pun terbilang cukup berhasil dalam menakhodai DPD Golkar kota Mataram.

Ditengah ketat persaingan, kompetisi dan tantangan dihadapi partai Golkar di kota Mataram. Baik dari unsur internal dan eksternal.

Selama dua periode kepemimpinan di Golkar kota Mataram, Ahyar tetap mampu mempertahankan, jaga dan menempatkan Golkar sebagai parpol pemenang.

Bahkan, posisi wali kota dan wakil wali kota dijabat langsung dua kader Golkar. Praktis, eksekutif dan legislatif dikuasai. Dan itu tidak terjadi di kabupaten kota lain di NTB. Sebagai ibu kota provinsi, kota Mataram adalah barometer politik ke-NTB-an.

“Tentu ikhtiar kita selaku kader, Ingin merebut dan mengembalikan kejayaan dan kemenangan Golkar di NTB,” tandas wali kota Mataram dua periode tersebut.

Kondisi dan situasi Golkar NTB lima tahun terakhir, cukup memprihatinkan. Raihan suara beringin tua itu sangat turun dratis.

Golkar dalam pemilu legislatif 2014, mampu memenangkan pemilu di lima kabupaten kota di NTB. Tetapi pada pemilu 2019, itu tidak mampu dipertahankan. Hanya tersisa dua daerah. Yakni, kota Mataram dan kabupaten Bima.

Sehingga harus ada evaluasi dan penilaian menyeluruh jalan roda organisasi dan kelembagaan kepartaian.

Dengan demikian. Apa jadi kelemahan dan kekurangan, roda organisasi dan kelembagaan kepartaian ditubuh beringin  NTB. Itu bisa dibenahi, disempurnakan dan dicari solusi terbaik.  Kompleksitas tantangan, dan hambatan kedepan lebih berat dan sulit. Butuh dan harus ada penyegaran dan renegerasi kepemimpinan di tubuh partai Golkar NTB.

Dengan pemikiran dan paradigma kepemimpinan ke Golkar-an baru, menyentuh dan selaras, kehendak dan aspirasi publik. Serta sesuai visi misi dan program partai Golkar dibawah komando ketua umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartanto.

“Ini jadi tugas dan tanggung jawab kita seluruh kader Golkar,” ucap mantan ketua DPRD kota Mataram.

Bagi Ahyar, Ada tiga hal mendasar dan penting dilakukan kedepan. Jika menakhodai Golkar NTB. Yakni, Konsolidasi, Rekonsiliasi dan akselerasi.

Konsolidasi. Golkar NTB, perlu dan harus memperkuat semangat dan spirit kolektifitas kader. Penguatan dan memperkokoh struktur, mesin politik dan kelembagaan kepartaian jadi prioritas harus dikedepankan.

Kemudian rekonsiliasi. Indikator utama dari kolektifitas dan penguatan struktur dan kelembagaan kepartaian adalah rekonsilidasi di internal partai.

Tidak boleh ada dikotomi atau pengkotak-kotakan kader. Seluruh kader harus diberikan ruang, peran dan eksistensi sama. Lembaga sayap partai dan ormas mendirikan dan didirikan, diberikan porsi sama dalam dinamika dan  eksistensi partai. Friksi atau konflik harus dinihilkan. Bahkan potensi harus diminimalisir.

Harus satu padu, semangat kebersamaan dan kekompakan, serta gotong royong. Itu jadi tradisi dan citra melekat di partai Golkar. Itu harus ditumbuhkan kembali, dikelola baik, dirawat, serta dijaga. Dengan begitu. Akar, batang, daun pohon beringin, tetap tertancap kuat, dan menghujam ke bumi.

Akselerasi. Dengan semangat rekonsiliasi, dan kesatu paduan, serta keutuhan organisasi kepartaian ditopang oleh kuatnya  solidaritas kader. Golkar pun akan lebih siap tantangan, dinamika, dan situasi politik akan dihadapi. Baik internal maupun eksternal.

Golkar NTB akan mampu menjawab seluruh tantangan, dan selaras kehendak publik.  Muaranya, rindang pohon  beringin itu memberikan kenyamanan dan kesejukan bagi berlindung dibawahnya.

“Jika seluruh kader merasa nyaman dan diberikan ruang yang sama. Tentu Golkar akan lebih siap jemput kemenangan di pemilu 2024 mendatang,” pungkasnya.(RZ)

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close