Breaking News

Kadis PUPR NTB Sibuk di MXGP, Proyek Jembatan Korleko Menyisakan Masalah

 




Lombok Timur, (postkotantb.com) - Dinas PUPR Provinsi NTB memiliki sejumlah proyek infrastruktur bernilai fantastis. Salah satunya, pembangunan jembatan Korleko di Kabupaten Lombok Timur.

Proyek ini menyisakan masalah, baik konstruksi maupun dampak sosial bagi warga sekitar, justru disaat Kepala Dinas PUPR NTB, Ridwan Syah tengah sibuk melakukan pemantapan lokasi MXGP di Samota, Kabupaten Sumbawa.

Dampak sosial dirasakan langsung masyarakat Korleko dituturkan beberapa warga kepada sejumlah jurnalis yang tergabung di Gabungan Jurnalis Investigasi Nusa Tenggara Barat (GJI NTB) ketika melakukan investiga ke lokasi proyek, beberapa hari lalu di bawah koordinasi  Ketua Dewan Pembina GJI NTB.

Senin (11/04/2022), Hj.Yuliana menuturkan, sebagai pemilik Rumah Potong Hewan (RPH), dia mengaku tidak pernah ada dari pihak kontraktor dan Dinas PUPR NTB memberikan sosialisasi bagaimana sesungguhnya keadaan jembatan ini berikut bentuk jalan yang akan dibangun.

"Keadaan rumah saya dan tanah saya jauh lebih rendah dibandingkan dengan pondasi jembatan yang sudah terpasang, membuat saya bingung lewat mana harus masuk, karena pintu rumah saya ada di pinggir jembatan pas." beber Hj. Yuliana.

Perempuan separoh baya ini mengungkapkan kekhawatirannya, jika dibuatkan talud pasti jalan masuk ke rumahnya akan tertutup dengan sendirinya.

Hj.Yuliana tidak sendirian. Beberapa warga sekitar juga mengalami masalah yang sama. Satu di antaranya adalah Lalu Kahfi.

Dia mempertanyakan,  bagaimana keterlibatan pihak pelaksana jembatan.

Mamiq Kahfi mengakui sudah ada komunikasi, namun warga diberikan penjelasan detil akan seperti apa dampak dari pembangunan jembatan tersebut.

"Pihak pelaksana hanya mengatakan nanti kita atur," ungkapnya. Tapi, fakta di lapangan berkata lain.


Warga sekitar, utamanya Hj. Yuliana dan Mamiq Kahfi mengaku meneteskan air mata. Pasalnya, Progres pembangunan Jembatan Korleko sudah 75 persen rampung, namun belum ada sosialisasi dari pihak kontraktor dan PPK serta konsultan.

"Kami bukan menolak, namun yang kami minta pikirkan juga kondisi dan keadaan serta kebutuhan serta fasilitas dan aktifitas kami setiap harinya, sementara setiap hari kami bawa mobil keluar masuk bawa sapi, kalau nanti jalan masuk kami tertutup, bagaimana kami mencari nafkah," ujar Hj. Yuliana.

Sementara itu juga, lanjutnya, rumah kami jauh lebih lama berdiri ketimbang jembatan ini.

Terpisah, Lalu Kahfi, mengeluh lantaran setiap saat selalu dihujani debu, akibat kendaraan yang lalu lalang.


"Harapan kami, pihak rekanan berupaya mengurangi polusi akibat debu yang berterbangan.  Ya pihak proyek disiramlah caranya, belum lagi nanti apakah saya punya akses masuk atau tidak dengan tingginya ruas jalan setelah proyek itu diserah terimakan," ungkapnya dengan ekspresi bingung. (Didin Maninggara) bersambung.

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close