Breaking News

Mengenal Rizky Mustika Amelia, Santri Madrasah Berprestasi di Tingkat Nasional

 
Terinspirasi Prestasi Sang Ayah, Sukses Sabet Medali Perunggu di Olimpiade PAI Tingkat Nasional

Rizky Mustika Amelia adalah salah satu santri MAN I Loteng, yang sukses menyabet juara Olimpiade PAI di tingkat nasional. Kegigihannya mulai lahir, ketika membuka Biodata ayahnya, dan melihat rentetan prestasi. Hal ini telah memantik perhatiannya untuk bangkit dan berkomitmen kalahkan ortunya. Komitmen tersebut terbayar dan sukses catatkan namanya di tingkat nasional.

Berikut pemaparan

SAPARUDDIN

LOMBOK TENGAH


PRESTASI Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat Nasional yang di gelar oleh Edutainer Nusantara bulan ini, telah mengantarkan satu orang santri asal MAN I Lombok Tengah, sukses menoreh prestasi di tingkat Nasional.

Suksesnya membawa harum nama baik Nusa Tenggara Barat Barat pada umumnya dan keluarga besar Kementerian Agama pada khususnya di tingkat nasional. Ini sebagai bukti kalau santri NTB, khususnya santri Lombok Tengah, tak kalah hebatnya dengan santri yang ada di perkotaan.

Saat dikonfirmasi postkotantb.com Rizky Mustika Amelia mengaku, untuk lolos di tingkat Kabupaten dan provinsi saja, membutuhkan perjuangan, keuletan dan kesungguhan. Dan alhamdulillah, semua bisa ia lalui, hingga sukses manggung di level nasional.

"Ternyata tak ada yang sulit jika kita ada niat, ni saya buktinya awam dari pengetahuan agama, namun jika niat dan tekad sudah ada, insyaallah Allah pasti bukakan jalan dan alhamdulillah itu saya buktikan sendiri, dengan tekad dan niat serta keoptimisan, sukses menyabet medali perunggu  pada ajang Olimpiade PAI tingkat Nasional yang di gelar oleh Edutainer Nusantara," Katanya, Sabtu (23/4).

Anak dari pasangan H.Adi Supriadi seorang Jurnalis Loteng dan Ibu Baiq Mustikaningsun menambahkan, dalam ajang ini, ribuan peserta ikut ambil bagian dalam ajang bergengsi bagi kalangan anak-anak SLTA sederajat tersebut  mulai dari proses seleksi hingga finalis berlangsung, dari tanggal 4 hingga 19 April 2022 lalu. "Tadinya saya ikut olimpiade ini tanpa target dan persiapan yang matang meski demikian saya terus fokus untuk mengikuti tahap demi tahap dari olimpiade PAI tersebut," Ulangnya.

Dijelaskan, awal mula lahirnya keinginannya mengambil jurusan PAI kendati pondasinya masih rapuh atau kurang, pihaknya sempat melihat biodata sang Ayah, mulai dari berkarir sebagai guru kursus bahasa Inggris, jadi gaet hingga malang melintang sebagai jurnalis.

Sedangkan dalam dunia jurnalis sendiri, memiliki pantangan dan perjuangan serta komitmen tinggi, namun bapak memiliki sederetan prestasi. Hal ini telah memantik perhatiannya untuk mengalahkan prestasi ayahnya, minimal mensejajarkan diri.

"Berbicara iri, ia saya iri dengan prestasi sangat Ayah, makanya dari iri hati itulah saya mulai bangkit kendati pondasi ilmu agama masih kurang, setahap demi setahap saya coba bangkit, dan alhamdulillah sukses meraih sangat medali perunggu  pada ajang Olimpiade PAI tingkat Nasional yang di gelar oleh Edutainer Nusantara," Ujar Siswi MAN 1 Loteng yang akrab disapa Rika ini.

Anak kelahiran 28/12/2004 mengaku, biasanya kata iri hati itu, banyak orang menilai itu salah, namun dalam hal kalah dalam berbuat baik itu tidak dosa namun malah mendatangkan pahala.

Kenapa demikian, sebab dalam agama disebutkan "Fastabiqul Khairot" Yang artinya berlomba lomba dalam kebaikan, asalkan cara bersaing itu sehat dan sesuai aturan agama, misalnya saja dengan cara belajar dan terus belajar, sehingga sampai tujuan.

 "Iri hati dalam berbuat kebaikan boleh, sebab dengan rasa iri hati itu, semangat kita akan bangkit lebih baik dari kebaikan yang telah dilakukan oleh seseorang tersebut, pada intinya itu sebagai penyemangat untuk boleh kok dalam agama, asalkan jangan bersaing di luar koridor norma agama, kalau bersaing tak sehat dan melanggar agama, bukan pahala yang kita dapatkan tapi dosa," ulasnya panjang.

Rika selain berstatus sebagai salah seorang siswi MAN 1 Loteng, ternyata anak ini juga tercatat sebagai pembina Bale Tahfidz di Lombok Tengah, yang mengasuh puluhan santri dan santriwati penghafal Al-Qur'an.

Ditengah kesibukannya melakukan pembinaan terhadap generasi Qurani  dan saat ini masih mengikuti Dauroh selama bulan suci Ramadhan, namun masih sempat diri mengikuti olimpiade mengatasnamakan sekolahnya.

"Untuk tahap berikutnya saya juga akan mengikuti olimpiade pada jenjang Internasional yakni Olimpiade Bahasa Inggris mohon doa semoga berhasil, ini saya lakukan gegara terinspirasi sang ayah, ketika membuka biodata pribadinya, pokoknya di masa muda ini saya akan memanfaatkan dengan sebaik baiknya dan saya berjanji prestasi sangat Ayah akan saya kalahkan," pungkas gadis belia ini. (**)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close