Breaking News

Sembari Menunggu Pengiriamn Vaksin PMK, Peternak Disarankan Menggunakan Jamu Tradisional Atasi PMK.

 


H.Masyhur Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lombok Timur.

Lombok Timur, (postkotantb.com) - Penyebaran penyakit Mulut dan Kuku (PMK) belum reda di Kabupaten Lombok Timur, bahkan PMK bisa semakin meluas, seiring dengan apa yang dialami hewan ternak yang ada keadaannya bisa semakin meluas, pasalnya Vaksin untuk Hewan masih dalam keadaan kosong.

Demikian dijelaskan Kadis Peternakan Kabupaten Lombok Timur.H.Masyhur pada awak media saat di temui di ruang kerjanya Jumm'at (24/6).
 
Dia menjelaskan kembali,"Pemerintah akan mendistribusikan vaksin bulan Agustus mendatang.' sementara menunggu pendistribusian vaksin, kepada para peternak disarankan menggunakan pengobatan tradisional, selain pemberian obat berupa suntikan oleh petugas kesehatan hewan.ujarnya.


H.Masyhur kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lombok Timur mengatakan, Sebelum ada pendistribusian Vaksin dari pemerintah, ada beberapa upaya upaya pengobatan tradisional sebagai salah satu solusi  dan alternatif yang bisa dicoba bagi peternak sementara menunggu vaksin yang akan distribusikan Agustus mendatang. Harapnya.

Sebagai alternatif,yang bisa dicoba adalah jamu tradisional dengan campuran cairan kunyit, telur,gula merah dan madu, lalu dikasih minum ke hewan yang terdampak PMK dengan harapan untuk menambah Imunutasnya.,

Ia menegaskan, pengobatan tradisional itu bisa dilakukan dengan memberikan jamu yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan di pasar sebagai penambah imun hewan ternak.,"imbuhnya.

Sementara penyakit yang ada di kukunya bisa diolesi dengan bekas perasan kunyit tersebut agar virusnya hilang. “Namun sebelum dioles, bersihkan dulu dengan air hangat sampai nlbersih,” tuturnya.

Pengobatan dengan jamu itu kata dia, berdasarkan pengalaman para peternak yang sapinya sembuh setelah diberikan obat tradisional tersebut.

Menariknya, kata dia, ada temuan di lapangan, peternak memakaikan kaos kaki setelah diobati agar tidak dikerumuni lalat. “Sapi itu dipasangkan kaos kuku,”kelihatannya memang lucu tapi kenyataannya ada yang melakukan cara tradisional itu," cetusnya.

Upaya lain, pihak dinas melakukan penutupan pasar hewan agar penularan virus tidak merajalela. “Penutupan mulai tanggal 22 Juni – 11 Juli 2022,” terangnya.

Ia menuturkan, penularan virus itu lebih banyak pada sapi import. Sementara sapi lokal memiliki daya tahan yang lebih kuat. “Kalau sapi lokal minim. Lebih banyak sapi eksotik,” jelasnya.

Selain penutupan pasar, pihaknya juga melakukan upaya pemberian obat berupa suntikan kepada hewan ternak secara gratis. “Pengobatan dari dinas berdasarkan data by name by address,” tutupnya.

Masih di tempat yang sama H.Masyhur , mengungkapkan para peternak yang melalui bantuan pemerintah,dari dana Keridit Usaha Rakyat (KUR) diberikan bantuan pengobatan secara gratis,selama obatnya masih ada yg dari bantuan pemerintah,tetapi bagi peternak diluar bantuan KUR dan yang tidak masuk daftar, para peternak diminta bayar setengahnya antara Rp.30.000,- Rp 35.000,- Karena obat yang digunakan petugas merupakan obat pribadi dokter," tandasnya.(Mul)


0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close