Breaking News

Terkait Kasus Sodomi di Lingkungan Ponpes, Doktor Sutarto Berbagi Tips Pencegahan

Dr. Sutarto, M. Pd.

Mataram (postkotantb.com)- Peristiwa sodomi yang terjadi di salah satu pondok pesantren (Ponpes) di wilayah Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) belum lama ini, menarik perhatian Dr. Sutarto, M. Pd.

Ditemui Jumat Kemarin, dosen muda di Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma) ini mengaku prihatin, kasus kekerasan seksual sesama jenis terjadi di lingkungan pendidikan tersebut.

"Lebih-lebih terjadi di lingkungan ponpes, sangat memprihatinkan," sesal Doktor Sutarto, sapaan akrab pria ini.

Menurutnya, penerapan sistem pendidikan sejauh ini sudah sangat baik. Terlebih lagi di lingkungan ponpes. Dimana sangat kental dengan pendidikan agama, ahlak dan moralitas yang jauh lebih baik dari sekolah umum.

"Saya tegaskan bahwa ini bukan diakibatkan kesalahan kurikulum atau lembaga pendidikan. Tapi kasus ini disebabkan perbuatan oknum," tegasnya.

Diketahui bahwa kasus sodomi di salah ponpes di Lobar, dilakukan oleh oknum ketua kamar santri laki-laki yang juga penghafal Al Quran (Hafidz). Korbannya seorang siswa ponpes yang masih berusia 14 tahun.

Doktor Sutarto pun menilai, peristiwa ini telah mencoreng nama baik pendidikan. Sehingga, pria yang juga Ketua Lembaga Pendidikan Pembelajaran dan Pelatihan Microteaching (LP3M) Undikma ini, berbagi tips pencegahan agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali.

"Jadi saya masuk sebagai Ketua LP3M. Yang dimana salah satu tugasnya untuk memberikan layanan bimbingan konseling (BK,red). Baik di internal maupun di eksternal kampus," imbuhnya.

Diantaranya, lanjut Doktor Sutarto, lembaga pendidikan harus mampu menciptakan lingkungan yang aman. Dengan memberikan perlindungan terhadap siswa/santri dari kekerasan seksual. Jika terjadi, kata Doktor Sutarto, harus dituntaskan melalui jalur hukum.

Selanjutnya, memberikan pemahaman yang benar tentang seksual. Hal ini bertujuan agar santri dapat menjaga diri sejak dini, sekaligus mengetahui batasan dalam berinteraksi. Baik dengan sesama jenis, maupun lawan jenis.

"Karena kasus dengan istilah sodomi ini terjadi antara laki-laki dengan laki-laki,"  sebutnya.

Kemudian setiap ponpes harus meningkatkan sistem pengamanan melalui pemasangan CCTV, di berbagai tempat rawan terjadinya tindak pidana pelecehan dan kekerasan seksual.

"Pemasangan CCTV itu dapat menekan dan meminimalisir potensi terjadinya kasus," cetusnya.

Selain itu, pihak ponpes juga harus lebih memperketat seleksi penerimaan tenaga pengajar sampai dengan para ketua asrama. Terakhir, setiap ponpes harus menerapkan BK, bagi santri yang korban kasus pelecehan.

"Ponpes bisa menjalin kerja sama dengan guru BK atau lembaga lain, seperti LP3M. Di sini punya satu unit lembaga konsultasi dan psikologi yang bertugas memberikan BK. Semoga kasus pelecehan tidak terjadi lagi di dunia pendidikan," harapnya.(RIN)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close