Breaking News

Ketua Perserosi NTB Bantah 'Main Mata' Soal Penentuan Atlet yang Wakili NTB pada PON Aceh-Sumut

 

Ketua Perserosi NTB Bantah 'Main Mata' Soal Penentuan Atlet yang Wakili NTB pada PON Aceh-Sumut
Atlet sepatu roda Loteng, Nasya Alzena Leviani Putri (kanan) berhasil meraih 2 emas pada ajang Porprov di Mataram, Februari 2023. Foto Ist/Iwan Sopiandi/postkotantb.com)

Mataram (postkotantb.com) - Ketua Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Provinsi NTB, Dachlan A Bandu membantah adanya dugaan main mata untuk meloloskan seorang atlet sepatu roda inisial A mewakili NTB ke ajang PON XXI/Aceh-Sumut September 2024 mendatang.

Dugaan tersebut mencuat setelah orang tua atlet pesaing A atas nama Nasya Alzena Leviani Putri (14) asal Lombok Tengah (Loteng) memprotes hasil babak kualifikasi PON Semarang. Sebab, menurut pengakuan orang tua Alzena, berdasarkan catatan waktu; Alzena unggul atas atlet A.

''Jauh dari hal begitu-begitu (main mata, red),'' ujar Dachlan saat dikonfirmasi media ini, Minggu (21/1/2024).

Dachlan menjelaskan, dalam rapat pleno Pengprov Perserosi NTB yang sudah dilakukan, sudah dibahas berbagai hal menyangkut atlet Alzena. Saat pertemuan dengan orang tua Alzena dan Binpres KONI pun, orang tua Alzena membantah anaknya terjatuh di nomor 500 meter.

''Namun setelah Pengcab Perserosi Loteng menunjukkan videonya, baru dia (orang tua Alzena) diam,'' jelasnya.

Sementara dari pihak Pengcab Loteng sendiri, lanjutnya, sudah menerima hasil rapat pleno bahwa yang berhak mewakili NTB dari cabang olahraga sepatu roda ialah atlet inisial A. Dachlan menyayangkan orang tua Alzena yang melakukan protes langsung ke Pengprov dan bukan ke Pengcab.

''Kan Pengcab Loteng sudah menerima. Harusnya kemarin terkait ini dipertanyakan langsung di Pengcab,'' ketusnya.

Adapun keputusan Pengcab untuk menerima hasil pleno bahwa atlet A yang berhak mewakili NTB, sebut Dachlan, karena pelatih sekaligus pengurus Perserosi Loteng menyaksikan langsung hasil BK PON Semarang. Dan, dari hasil BK PON Semarang, baik atlet sepatu roda inisial A maupun Alzena sama-sama meraih 1 perak dan 1 perunggu.

Menurut ketentuan, kata Dachlan, yang berhak mewakili NTB ke PON Aceh-Sumut adalah atlet yang berhasil mengumpulkan medali sebanyak-banyaknya. Namun, karena kedua atlet tersebut mengumpulkan medali yang sama, tetapi dari hasil pantauan Pengprov Perserosi maupun pelatih, yang sangat menonjol ternyata Alzena tidak mampu menyelesaikan nomor 10 ribu meter.

''Zena ini didorong, dituntun oleh temannya. Sampai pelatihnya itu bilang; jangan tinggalkan Alzena, sehingga kita terlambat finish. Harusnya itu kan kita dapat emas,'' terangnya.

Pun di nomor sprint 500 meter, aku Dachlan, Alzena sempat terjatuh yang menyebabkan Alzena tertinggal jarak 8-10 meter dari para pesaingnya.

''Masa saya pilih yang lemah daripada yang kuat,'' imbuhnya.

Dachlan bahkan meminta bukti jika ada permainan uang dalam meloloskan atlet A sebagai wakil NTB dari cabang olahraga sepatu roda. ''Suruh buktikan saja kalau ada money politik,'' tantangnya.

Foto bersama atlet sepatu roda Loteng di Kantor Bupati Loteng



Sementara itu, orang tua atlet sepatu roda Nasya Alzena Leviani Putri, H Mashudi saat dikonfirmasi beberapa hari lalu menyatakan keberatan Alzena dikatakan terjatuh di nomor sprint 500 meter dan tidak mampu menyelesaikan kategori 10 ribu meter beregu.

Ia bahkan meminta anaknya diadu dengan atlet A untuk membuktikan siapa yang berhak lolos mewakili NTB.

''Ini kan olahraga terukur. Kalau anak saya jatuh, mana mungkin dia unggul dari catatan waktu atas Si A itu. Kalau tidak percaya mari kita buktikan untuk diadu,'' tandasnya. (IS)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close