![]() |
Haul ke-19 Almagfurullah TGH Najamuddin bin Wirangga di aula Majlis Ta’lim Darunnajah Al-Irsyadi, Mamben, Lombok Timur (Lotim), Senin (25/08/2025). |
Lombok Timur (postkotantb.com)- Suasana hening menyelimuti Aula Majlis Ta’lim Darunnajah Al-Irsyadi, Mamben, Lombok Timur (Lotim), Senin (25/08/2025) kemarin. Doa-doa lirih terlantun, bersahut dalam kebersamaan keluarga besar Jero Gumirang.
Mereka berkumpul untuk memperingati haul ke-19 Almagfurullah TGH Najamuddin bin Wirangga, sekaligus mendoakan para dzurriyah Jero Gumirang.
Haul, bagi masyarakat Lombok, bukan sekadar ritual tahunan. Haul adalah ruang perjumpaan batin antara generasi yang masih hidup dengan jejak leluhur yang telah berpulang.
Di Mamben, haul TGH Najamuddin menjadi momentum merekatkan silaturahmi keluarga besar, tokoh masyarakat, hingga jamaah yang pernah bersentuhan dengan dakwahnya.
“Alhamdulillah, kita patut bersyukur kepada Allah Swt atas karunia-Nya, sehingga kita bisa berkumpul dalam rangka haul Almagfurullah TGH Najamuddin bin Wirangga serta doa bersama untuk para dzurriyah Jero Gumirang,” ujar putra kedua almarhum, Ustaz Ahmad Asdaruddin, dalam sambutannya.
Menurutnya, haul ini bukan hanya untuk mengenang, melainkan juga meneguhkan kembali komitmen terhadap nilai perjuangan dan dakwah yang pernah ditorehkan almarhum.
Warisan Spiritual di Mamben
Bagi masyarakat Lotim, nama TGH Najamuddin bin Wirangga tak asing. Ia dikenal bukan hanya sebagai ulama, melainkan juga pendidik yang konsisten membimbing umat.
Kehadirannya di masa hidup telah melahirkan generasi santri yang kini banyak melanjutkan kiprah dakwah di berbagai daerah. “Mamben memiliki kekayaan spiritual dan sejarah yang luar biasa,” tegas Ustaz Asdar.
Dia berharap melalui haul ini, masyarakat kian mengenal keistimewaan Mamben dan menjadikannya sumber inspirasi sekaligus kebanggaan lokal.
Harapan itu tak berhenti pada kata-kata. Ustaz Asdar bahkan menggagas sebuah ide pendirian museum kecil di Mamben. Museum itu diharapkan menjadi ruang belajar bagi generasi muda untuk memahami jejak sejarah dan perjuangan para leluhur.
“Kami berharap ke depan bisa didirikan museum kecil di Mamben agar generasi muda dan masyarakat umum bisa mengetahui peninggalan sejarah dan perjuangan para leluhur,” ujarnya.
Haul bukan sekadar doa, akan tetapi upaya merawat ingatan. Setiap bacaan ayat, setiap lantunan doa, dan setiap pertemuan keluarga besar merupakan cara untuk menjaga agar nama dan perjuangan TGH Najamuddin tetap hidup dalam sanubari umat.
Di tengah derasnya arus modernisasi, tradisi haul ini menjadi jangkar spiritual yang menahan masyarakat agar tidak tercerabut dari akar sejarahnya. Hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh Ustaz Asdar.
“Momentum haul ini mengingatkan kita akan jasa besar beliau yang telah berkontribusi dalam dunia dakwah dan perjuangan umat,” ungkapnya.
Bagi keluarga besar Jero Gumirang, haul ke-19 ini tak hanya mengenang almarhum, melainkan juga meneguhkan ikatan sosial dan keagamaan. Harapan agar ada museum di Mamben merupakan wujud konkret menjaga memori kolektif warga.
Pewarta: Syafrin Salam.
0 Komentar