Wabup KLU Dorong Tradisi 'Muja Balit Mulek Kaya' Dijaga dan Dilestarikan
Lombok Utara (postkotantb.com)- Masyarakat khususnya Umat Buddha di Dusun Lenek, Desa Bentek Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU) menggelar puncak tradisi Meayu-Ayu Muja Balit Mulek Kaya Melbao Rahayu, Senin (11/08/2025).
Muja Balit Muleq Kaya merupakan tradisi sakral leluhur yang digelar sekali dalam dua tahun, dan jatuh pada musim panas tepatnya di bulan delapan (Agustus). Tradisi ini sebagai wujud dari rasa syukur atas hasil panen sawah dan kebun untuk dikembalikan ke alam. Tradisi ini pun telah selama empat hari.
Acara puncak tradisi ini dihadiri Wakil Bupati KLU, Kusmalahadi Syamsuri, didampingi oleh Anggota DPRD Provinsi NTB Fraksi Partai Gerindra, Sudirsah Sujanto, Kepala BKAD KLU, Sahabudin, Kadis DP2KBPMD KLU, Mala Siswandi, Kepala BKPSDM Tri Dharma Sudiana.
Sebelumnya, pada Bulan April lalu masyarakat Lenek juga telah menggelar tradisi memuja Taon Nunas Kaya, atau pelimpahan jasa kepada leluhur. Tradisi itu pun bertempat di Pawang Adat Murmas.
Dalam sambutannya, Wagub Kus, sapaan Wagub KLU ini, memberikan apresiasi serta pujian. Karena masyarakat tetap rutin menggelar dua tradisi yaitu, memuja Taon Nunas Kaya dan Muja Balit Mulek Kaya. Hal ini menurutnya, sebagai bagian dari komitmen dalam menjaga tradisi para leluhur.
"Kita perlu berbangga bahwa banyak sekali tradisi, adat dan budaya yang ada di tengah masyarakat KLU. semoga kita bisa melakukan acara ini secara rutin setiap tahun sebagai warisan dan menjaga tradisi yang ditinggalkan para leluhur,” harapnya.
Pada kesempatan tersebut, Wabup Kus mendorong agar tradisi ini dapat dilestarikan.
"Setiap tahun tempat ini dijadikan lokasi acara-acara penting, tentunya harapan masyarakat yang agar lokasi ini lebih baik sehingga kegiatan ritual adat dapat lebih meriah dan nyaman. Saya ucapkan selamat atas kegiatan hari ini dan terimakasih atas undangan yang diberikan sehingga kita dapat bersama sama menyaksikan acara adat,”ucapnya.
Pada momen yang sama Anggota DPRD Provinsi NTB Sudirsah Sujanto menyampaikan ritual adat dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada sang maha pencipta. Ia berharap, melalui tradisi ini masyarakat mendapatkan berkah
“Apa yang sudah kita niatkan bersama akan mendapatkan berkah oleh tuhan yang maha kuasa,” harapnya.
Tokoh Makrama Adat Giri Putra menceritakan tradisi ritual adat ini memiliki rangkaian kegiatan. Mulai dari pembersihan tempat pemujaan, turun gong atau menurunkan gamelan, hingga perang nasi dan perang topat.
Pewarta: Jaharudin.
0 Komentar