Mataram (postkotantb.com)- Acara Pujawali II (Hari Jadi ke -2) Pura Jagadnatha Sangkara Hyang Mataram, Kota Mataram berlangsung kidmat. Menurut agenda, acara ini akan dilaksanakan selama tiga hari. Dimulai dari Sabtu, 06 sampai Selasa, 09 September 2025.
Ditemui di hari kedua Pujawali, Senin (08/09/2025) sore, Ketua Krama Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram, I Nengah Sugiartha yang akrap disapa Bang Ichal mengungkapkan, acara Pujawali kali ini dilaksanakan dengan sangat khidmat, karena diwarnai berbagai ritual keagamaan.
Mulai Sabtu pekan lalu yang bertepatan dengan Hari Raya Saraswati, Pujawali diawali ritual Nur Tirta dan Mendak Tirta ke simpang empat lampu merah jalan Kamboja. Pada ritual ini, para pemangku berjalan mengiringi Betara Tirta dengan menabuhkan genta masing-masing.
Betare Tirtha yang di tuur diantaranya Betare Tirtha Gunung Rinjani, dan Betare Tirtha Gunung Agung. Keduanya lalu di sentanakan (Ngadegang) di Pura Jagadnatha Sangkara Hyang.
Turut hadir di puncak acara Pujawali II, Gubernur NTB diwakili Kepala Brida NTB, Walikota diwakili Sekretaris Inspektorat Kota Mataram, Kabid Binmas, Ormas Hindu, serta kepala Banjar dan Krama Pura serta kepala Lingkungan sekitar pure
Ditemui di hari kedua Pujawali, Senin (08/09/2025) sore, Ketua Krama Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram, I Nengah Sugiartha yang akrab disapa Bang Ichal menjelaskan, hari pertama merupakan puncak acara Pujawali II. Terakhir, ritual selama tiga hari ini akan ditutup dengan ritual Melayagin dan Nglukar
"Hari kedua ini dirangkai dengan Shanti Puja (Do'a,red) bersama oleh Saba Pinandita Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram. Doa bersama ini meminta agar Indonesia damai dan tentram," ungkap pria yang kini menjabat Wakil Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem), DPRD Kota Mataram.
Ditemui di hari kedua Pujawali, Senin (08/09/2025) sore, Ketua Krama Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram, I Nengah Sugiartha yang akrap disapa Bang Ichal mengungkapkan, acara Pujawali kali ini dilaksanakan dengan sangat khidmat, karena diwarnai berbagai ritual keagamaan.
Mulai Sabtu pekan lalu yang bertepatan dengan Hari Raya Saraswati, Pujawali diawali ritual Nur Tirta dan Mendak Tirta ke simpang empat lampu merah jalan Kamboja. Pada ritual ini, para pemangku berjalan mengiringi Betara Tirta dengan menabuhkan genta masing-masing.
Betare Tirtha yang di tuur diantaranya Betare Tirtha Gunung Rinjani, dan Betare Tirtha Gunung Agung. Keduanya lalu di sentanakan (Ngadegang) di Pura Jagadnatha Sangkara Hyang.
Turut hadir di puncak acara Pujawali II, Gubernur NTB diwakili Kepala Brida NTB, Walikota diwakili Sekretaris Inspektorat Kota Mataram, Kabid Binmas, Ormas Hindu, serta kepala Banjar dan Krama Pura serta kepala Lingkungan sekitar pure
Ditemui di hari kedua Pujawali, Senin (08/09/2025) sore, Ketua Krama Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram, I Nengah Sugiartha yang akrab disapa Bang Ichal menjelaskan, hari pertama merupakan puncak acara Pujawali II. Terakhir, ritual selama tiga hari ini akan ditutup dengan ritual Melayagin dan Nglukar
"Hari kedua ini dirangkai dengan Shanti Puja (Do'a,red) bersama oleh Saba Pinandita Pura Jagadnata Sangkara Hyang Mataram. Doa bersama ini meminta agar Indonesia damai dan tentram," ungkap pria yang kini menjabat Wakil Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem), DPRD Kota Mataram.
Selain ritual keagamaan, pihaknya juga menyelenggarakan acara kesenian, dengan mengambil waktu di malam hari. Kegiatan seni tersebut diantaranya kesenian Genjek dari SMAN 2 Mataram, tarian Hindu dari Sanggar Saraswati, sanggar suci dan Tarian Sorote Lintang dari Jawa, yang artinya sinar bintang
Pinandita Made Ngurah Wirawan selaku ketua panitia menjelaskan bahwa pura ini tidak memiliki plabe (aset) yang bisa dikelola sebagai sumber pendapatan. Sehingga suksesi pelaksanaan Pujawali II Pura Jagadnatha Sangkareang Hyang tidak lepas dari swadaya warga Hindu di Wilayah Kota Mataram dan Krama Pura
"Pura kami ini tidak punya plabe. Jadi sumber pendanaan itu dari masyarakat secara gotong royong," bebernya.
Ia mengaku, sebelum ritual Pujawali diselenggarakan selama tiga hari, pihaknya lebih dulu melaksanakan bakti sosial berupa aksi bersih-bersih pura di Sweta yang terkena dampak bencana banjir bulan Juli lalu. "Selain itu, kami juga menyelenggarakan pelatihan keterampilan merias, bekerja sama dengan Bank Bali," imbuhnya.
Terpisah, Pembina Pura Jagadnatha Sangkara Hyang Mataram, Guru Mangku Gede Wenten, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan penyelenggaraan Pujawali. Di sisi lain ia menilai, ritual tersebut merupakan simbol dari kesuksesan pemanfaatan pura selama kurun waktu dua tahun, di bawah keperungurusan Ichal selaku ketua pengurus pura.
"Pura ini dibangun sesuai dengan manfaatnya. Yang dimana untuk dijadikan tempat peribadatan, mengedukasi mental dan moral, sesuai dengan ajaran umat Hindu. Ini artinya apa yang diupayakan Pak Ichal sebagai ketua, sudah berjalan dengan baik," ujarnya.
Pura ini merupakan prakarsa bersama antara Pesemetonan Buleleng dan Badung, Denpasar. Meski telah digunakan dengan baik, ia menyarankan agar bagian depan gapura pura untuk diselesaikan. Selain itu ia berpesan agar pengelolaan segala jenis bantuan, dapat dilaksanakan secara transparan dan jujur.
Sebaliknya ia mengajak elemen masyarakat khususnya umat Hindu untuk berpartisipasi melakukan pembenahan, dan mendorong agar pengelolaan pura bisa tetap berjalan dengan baik. Sebab, Hal ini sebagai bagian dari Yadnya (pengorbanan).
"Ke depan, bagaimana kita bisa berpartisipasi aktif serta memberikan pengorbanan sebagai Yadnya. Ketua pengurus tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari warga Hindu," pesannya.
Pewarta: Syafrin Salam.
Pinandita Made Ngurah Wirawan selaku ketua panitia menjelaskan bahwa pura ini tidak memiliki plabe (aset) yang bisa dikelola sebagai sumber pendapatan. Sehingga suksesi pelaksanaan Pujawali II Pura Jagadnatha Sangkareang Hyang tidak lepas dari swadaya warga Hindu di Wilayah Kota Mataram dan Krama Pura
"Pura kami ini tidak punya plabe. Jadi sumber pendanaan itu dari masyarakat secara gotong royong," bebernya.
Ia mengaku, sebelum ritual Pujawali diselenggarakan selama tiga hari, pihaknya lebih dulu melaksanakan bakti sosial berupa aksi bersih-bersih pura di Sweta yang terkena dampak bencana banjir bulan Juli lalu. "Selain itu, kami juga menyelenggarakan pelatihan keterampilan merias, bekerja sama dengan Bank Bali," imbuhnya.
Terpisah, Pembina Pura Jagadnatha Sangkara Hyang Mataram, Guru Mangku Gede Wenten, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan penyelenggaraan Pujawali. Di sisi lain ia menilai, ritual tersebut merupakan simbol dari kesuksesan pemanfaatan pura selama kurun waktu dua tahun, di bawah keperungurusan Ichal selaku ketua pengurus pura.
"Pura ini dibangun sesuai dengan manfaatnya. Yang dimana untuk dijadikan tempat peribadatan, mengedukasi mental dan moral, sesuai dengan ajaran umat Hindu. Ini artinya apa yang diupayakan Pak Ichal sebagai ketua, sudah berjalan dengan baik," ujarnya.
Pura ini merupakan prakarsa bersama antara Pesemetonan Buleleng dan Badung, Denpasar. Meski telah digunakan dengan baik, ia menyarankan agar bagian depan gapura pura untuk diselesaikan. Selain itu ia berpesan agar pengelolaan segala jenis bantuan, dapat dilaksanakan secara transparan dan jujur.
Sebaliknya ia mengajak elemen masyarakat khususnya umat Hindu untuk berpartisipasi melakukan pembenahan, dan mendorong agar pengelolaan pura bisa tetap berjalan dengan baik. Sebab, Hal ini sebagai bagian dari Yadnya (pengorbanan).
"Ke depan, bagaimana kita bisa berpartisipasi aktif serta memberikan pengorbanan sebagai Yadnya. Ketua pengurus tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari warga Hindu," pesannya.
Pewarta: Syafrin Salam.
0 Komentar