Lombok Utara, (postkotantb.com) — Di balik penampilan sederhananya sebagai pemuda desa, sosok Alwi dari Desa Genggelang, kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara NTB menyimpan kisah inspiratif di dunia perkebunan kakao. Meskipun masih lajang dan hidup layaknya anak muda pedesaan pada umumnya, kiprahnya dalam mengembangkan kakao unggulan lokal patut menjadi perhatian.
Yusuf Alwi, seorang pemuda yang pertama kali mencoba mengawini kakao dan apa yang di gagas itupun membuahkan hasil yang cukup signifikan.
Wakil Bupati Lombok Utara, Kusmalahadi Syamsuri berjanji akan mengawal proses Sertifikasi Kakao hasil polinasi ini supaya punya hak paten. Ujar wabup
Yusuf Alwi, bersama 14 rekannya tergabung dalam Kelompok Tani Lereng Murmas Desa Genggelang Kecamatan Gangga.
Alwi membentuk Kelompok Tani Lereng Murmas dengan luas lahan garapan keseluruhannya sekitar 15 hektare. Kelompok ini berbeda dari kelompok tani pada umumnya, karena mengusung semangat inovasi dan penelitian terhadap tanaman kakao lokal.
Alwi sendiri memiliki lahan pribadi seluas 50 are dengan sekitar 600 pohon kakao. Dari setiap pohon, ia mampu menghasilkan 30 hingga 50 buah kakao, dengan ukuran buah yang besar dan tumbuh lebat di batang utama pohon—suatu hal yang jarang ditemui pada umumnya.
Inovasi Klon unggulan lokal
keberhasilan Alwi dan kelompoknya, tidak lepas dari upaya peremajaan tanaman kakao yang telah berusia sekitar 35 tahun. Mereka melakukan penyambungan (grafting) menggunakan klon unggulan lokal yang dinamai “Ijo Kajuman” dan “Beneng Jomot.”
Klon Ijo Kajuman merupakan varietas unggulan yang pertama kali ditemukan oleh Pak Jabat dari Dusun Gangga. Sementara itu, klon Beneng Jomot merupakan hasil temuan Alwi dan kelompoknya sendiri. Keduanya memiliki keunggulan berupa ukuran buah dan biji yang lebih besar serta berat di atas rata-rata.
Tak berhenti di situ, Alwi juga menemukan klon lokal lain, yakni pohon kakao jantan yang diberi nama “Mama Murmas.” Dari tiga klon lokal ini, mereka melakukan perkawinan silang (cross pollination) dengan teknik penyerbukan buatan yang dilakukan secara manual oleh manusia—bukan hanya mengandalkan serangga seperti biasanya.
Hasil Luar Biasa dari Penyerbukan Buatan Teknik penyerbukan buatan yang diterapkan Alwi dan kelompoknya menghasilkan hasil yang menakjubkan. Buah kakao tumbuh sangat lebat dan dapat diatur posisinya hanya di batang utama pohon, bukan di cabang.
Setiap pohon mampu menghasilkan 2 hingga 5 kilogram biji kakao kering, dan jika dirata-ratakan sekitar 2,5 kg per pohon, maka dari 600 pohon diperoleh sekitar 1500 - 1600kg kakao kering perbulan. Dengan harga jual saat ini, pendapatan dari hasil panen tersebut mencapai sekitar Rp 7,5/bulan.
Belajar otodidak dan konsisten
jesuksesan Alwi bukan hasil kebetulan. Ia tekun mempelajari karakteristik pohon kakao melalui pengamatan langsung dan berbagai referensi, termasuk dari media Youtube. Konsistensi dalam merawat tanaman serta semangat berbagi pengetahuan kepada anggota kelompok menjadikan kelompok Tani Lereng Murmas sebagai pionir penerapan teknik penyerbukan buatan di Lombok Utara.
Mendorong Regenerasi Petani Muda
Keberhasilan Alwi diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda desa lainnya agar tidak ragu menekuni dunia perkebunan. Dengan inovasi dan kemauan belajar yang tinggi, petani muda terbukti mampu menghasilkan perubahan besar bagi pertanian lokal.
Semoga ilmu dan pengalaman yang dimiliki Alwi dapat terus disebarluaskan kepada para petani kakao lainnya di Desa Genggelang dan sekitarnya. (@ng)
 
 





0 Komentar