Gubernur Minta Pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu di Labangka Dikoordinasikan Dengan Kementan RI |
Mataram (postkotantb.com) – Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Sistem Pertanian Terpadu (SPT) Pertanian Terpadu Labangka, yang direncanakan dibangun di Pulau Sumbawa harus dapat meningkatkan hasil produktivitas dan kesejahteraan petani.
Hal
ini dikatakan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah saat mendengarkan paparan
Dinas Pertanian Provinsi NTB tentang rencana pembangunan dan pengembangan
Kawasan Sistem Pertanian Terpadu di Labangka, Senin, 31 Agustus 2020 di ruang
kerja Gubernur NTB.
“Lahan
pertanian yang sudah direncanakan di Labangka harus dimanfaatkan dengan baik.
Untuk dijadikan tumpuan agar meningkatkan produktivitas demi kesejahteraan
petani,” harap Doktor Zul sapaan Gubernur NTB.
Menurutnya, untuk mewujudkan ikhtiar itu, Doktor Zul meminta agar pembangunan
kawasan Labangka sebagai ‘Integrated Farming’ ditata dengan baik dan
sistematis.
“Tata
letak dan pengelompokan sektor tanaman pangan, holtikuktura, perkebunan,
peternakan maupun sektor perikanan harus ditata dengan baik,” jelas Doktor
Ekonomi Industri tersebut.
Selain itu, mantan Anggota DPR RI ini meminta, pembangunan sistem ini harus
terjadwal sesuai dengan rencana. Sehingga pembangunannya dapat dipercepat dan
panen di tahun 2021.
Doktor Zul menambahkan, pembangunan sistem ini harus terus dikoordinasikan
dengan Kementerian Pertanian RI. Dukungan dan intervensi dari pemerintah pusat
dapat disinergikan dengan rencana Pemprov NTB.
“Saat
panen perdananya nanti, kita undang Menteri Pertanian di lokasi itu,” tutupnya.
Sementara itu, Kadis Pertanian Provinsi NTB, Husnul Fauzi menjelaskan
dipilihnya kawasan Labangka ini karena awalnya merupakan Kawasan Terpadu
Mandiri (KTM) daerah Transmigrasi.
Menurut Husnul, potensi yang dimiliki lahan pertanian di Labangka memang cukup
besar. Dengan luas wilayah mencapai 24.308 hektare, hampir setengahnya adalah
lahan pertanian.
“Di
sana itu lahan sawahnya seluas 184 hektare, tegalan 10.666 hektare, perkebunan
915 hektare, hutan negara 2.040 hektare, tambak dan sejenisnya 727 hektare.
Yang bukan pertanian hanya 9.776 hektare,” jelasnya.
Untuk panen produk pertanian padi Labangka memiliki lahan tanam seluas 37,7
hektare, jagung 1.220 hektare, bawang merah dan cabai 50 hektare, jambu mete
645,05 hektare, dan kelapa 20,75 hektare.
Menurutnya,
dalam konsep pertanian terpadu yang akan dikembangkan di kawasan tersebut
antara lain terintegrasi dengan kegiatan peternakan, perikanan, kehutanan, dan
ilmu lain yang berkaitan dengan pertanian dalam 10.000 hektare lahan yang akan
digarap.
Luas
hutan yang ada di kawasan itu juga akan dipertahankan. “Sistem ini dibangun
untuk menjaga keaslian dan keasrian hutan,” katanya.
Keberadaan hutan ini kedepan, mampu menghasilkan sumber air untuk mendukung
Sistem Pertanian Terpadu. Untuk mendapatkan air sebagai media penting dalam
membangun kawasan tersebut, akan dimanfaatkan mata air kawasan di hutan
tersebut.
“Kita
buatkan penampung air untuk mendukung sistem tersebut,” ujarnya.
Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming) bukan hanya sektor pertanian dan
perkebunan, namun akan dipadukan dengan sektor perikanan, peternakan,
perdagangan, pariwisata dan sektor-sektor lainnya.
Di
atas lahan ribuan hektare ini, Pemerintah akan memfasilitasi dan membantu untuk
dibuat Sistem Pertanian Terpadu. Sehingga keberadaan sistem ini mampu
meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan masyarakat sebagai
penerima manfaat.
“Kita
sebagai fasilitator untuk mengintegrasikan dan menata komoditas di area
tersebut,” tuturnya.
Awalnya, komoditas holtikultura seperti padi hanya produksi panennya sekali
setahun. Dengan sistem ini, dapat panen secara berkelanjutan dengan tanaman
palawija lain. Ketersediaan air dan tanaman lain juga mendukung pakan untuk
perikanan dan peternakan.
Untuk
kawasan itu, tanaman pangan akan ditanami holti seperti kacang hijau seluas
6000 Ha, Cabe 50 Ha, Padi Gogo 10.000 Ha, Jagung 10.000 Ha, 20 Ha untuk Bawang
Merah. Termasuk tanaman perkebunan seperti alpukat dan lainnya.
“Contohnya
Oktober hingga Januari ini akan ditanam 10.000 padi hibrida, setelah itu
jagung, kemudian jagung dengan tumpangsari, secara terus menerus, integrasi
lainnya ada ikan, hunian, wisata edukasi dan hal lainnya, ungkapnya.
Di
lahan tersebut akan ditata dengan teratur, letak dan lokasi pertanian, pangan,
perikanan, peternakan dan sektor lain. Termasuk lahan untuk pemasaran yang di
dalamnya ada UMKM atau dunia usaha.
Rencananya sesuai jadwal, pada awal Januari 2021 akan dilakukan perdana di
sektor pertanian, khusus tanaman padi. Tetapi kawasan tersebut sudah tertata
sesuai rencana pembangunan kawasan tersebut. (RZ)
Social Footer