Breaking News

Mengagumkan Batik Sasampat (Sapu Lidi) Kreasi Siswa SLB Negeri 1 Mataram

Hairuddin guru di SLB Negeri 1 Mataram Batik Sasampat hasil kreasi dari siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 

Mataram (postkotantb.com)- NTB memiliki berbagai macam jenis dan motif khas diantaranya Sasambo, Rangrang, Wajik, Kembang Sandat dan berbagai jenis motif batik dari beberapa daerah di NTB. 


Kini dari tangan kreatif siswa Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Mataram tercipta Batik Sasampat. Dari namanya Sasampat (sampat) adalah dari bahasa Sasak Lombok yang artinya adalah Sapu Lidi. 


Batik Sasampat merupakan kreasi batik dimana motifnya di buat dari coretan Sampat atau sapu lidi. Para siswa yang membuat batik ini adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Para siswa dengan imajinasinya menggunakan sapu lidi sebagai pengganti kuas untuk membuat motif. 


Pada dasarnya batik Sasampat hampir sama dengan batik lainnya. Namun yang menjadi ciri khas dari batik ini adalah motifnya yang abstak atau acak.


Hairuddin guru SLB Negeri 1 Mataram sekaligus guru pembimbing mengatakan hasil produksi Batik Sasampat telah menembus pasaran luar daerah bahkan hingga ke Pulau Jawa.


"Ada materi pembelajaran khusus pembuatan batik, awalnya selalu salah akhirnya saya coba biarkan mereka berkreasi membuat motif acak menggunakan sapu lidi, hasilnya tidak mengecewakan, pengerjaan untuk satu batik dikerjakan dalam sehari, yang membuat ini siswa difabel Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tuna rungu dan grahita. Hasilnya sudah dipasarkan di luar NTB bahkan menembus pulau Jawa," papar sarjana seni rupa ini. 



Dalam sehari kata Hairuddin siswa nya mampu membuat 10 Batik Sasampat. Harga satu batik ini terbilang cukup murah di bandingkan dengan batik tulis yang beredar di pasaran.


"Produksi rata rata sepuluh batik, banyak yang memesan dan datang ke sekolah, harga perbatik 175 ribu, harga ini cukup murah dibandingkan harga batik tulis yang mencapai 200 ribuan," terang Hairuddin. 


Mengajarkan Anak Berkebutuhan Khusus membuat batik memang memiliki tantangan tersendiri. Bahkan harus meningkatkan kesabaran karena emosi siswa yang tidak stabil dan kendala dari siswa yang memang memiliki kebutuhan khusus.


"Kendala dalam mengajarkan batik sampat ini adalah mood yang tidak stabil. Namun kami sudah mulai mengenalkan dan membuat Batik Sasampat ini sudah tiga tahun yang lalu," jelas Hairuddin. 


Dengan kreatifitas siswanya Hairuddin berharap pemerintah dan pemangku kebijakan untuk turut andil mempromosikan dan membantu pengembangan keahlian dari siswanya. Selama ini kata Hairuddin pihak sekolah melakukan pelatihan secara mandiri terhadap siswanya.


"Ya kami berharap kedepannya pemerintah melirik kami, bahwa siswa kami tidak kalah dengan pengrajin yang lain, kami bisa bisa menciptakan batik yang menembus pasaran nasional," pungkas Hairuddin.(RZ) 

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close