Breaking News

Hari Raya Idul Fitri dan Peringatan Hardiknas: Sebuah Perjumpaan Esensi

 

Oleh: apt. Hj. Lale Syifaun Nufus, M.Farm.

(Ketua Ummum Pimpus Muslimat NW)



Di tahun 2022 ini, tepatnya di bulan Mei tanggal 02, adalah sebuah sejarah yang unik dan jarang terjadi, dimana di bulan dan tanggal yang sama, dua momen penting bisa kita rayakan. Pertama, Perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Peringatan Hari Pendidikan Nasional.

Dua moment ini jarang terjadi pada waktu yang bersamaan.Dua moment tersebut sekilas tidak memiliki keterkaitan bilamana dilihat athmosfer  peristiwanya.

Hari Raya Idul Fitri pertama kali diselenggarakan pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah. Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin.

 Sedangkan Hardiknas peringatannya yang pertama pada tanggal 16 Desember tahun 1959 yang bertolak dari perjuangan Ki Hadjar Dewantara yang dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

 Kisah perjuangan beliau dapat kita temukan pada tulisannya “Als Ik Eens nederlander Was”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Seandainya Saya Seorang Belanda”.

Karena tulisan tersebut Beliau akhirnya dibuang ke pulau Bangka oleh pihak Belanda. Kendati dua moment penting tersebut Nampak berbeda jika dilihat dari sisi athmosfer latar peristiwanya (historis).

Namun kedua moment tersebut memiliki persamaan jika kita berangkat pada sudut pandang bahwa keberadaan Bulan Suci Ramadhan sebagai bulan Pendidikan atau Syahru at-Tarbiyyah. Artinya bahwa pendidikan-pendidikan yang kita tempuh di Bulan Suci Ramadahan, yakni   pendidikan tentang kedesiplinan, kejujuran, mengendalikan hawa nafsu dan amarah, dermawananan (syahr al-judd), tassammuh, kesyukuran, dan lain sebagainya.

 Materi-materi pendidikan tersebut adalah juga bagian dari materi pembentuk penguatan sikap Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa  Serta Tut Wuri Handayani sebagaimana yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Oleh karenanya baik tujuan pendidikan yang kita tempuh di bulan suci Ramadhan maupun tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara dipertemukan pada pertalian yang sama yaitu “esensi”. Esensi keduanya bahwa sama-sama bertujuan untuk membentuk manusia yang berfaedah bagi manusia yang lainnya (hablumminnas) mencetak umat yang bertaqwa pada Rabb-nya (hablumminallah).

Untuk itu marilah manfaatkan momentum Hari raya Idul Fitri di tahun 2022/1443 H ini sebagai moment yang penuh keberkahan tempat kita bermunajah pada Allah SWT terutama pada malam harinya dengan melafazkan “Taqabbalallahu minna wa minkum”, agar kita memperoleh predikat summacumlaude setelah melewati ujian atau menempuh pendidikan di bulan Ramadhan (Syahru at-Tarbiyyah) dan tak lupa pula kita bermunajat semoga Allah SWT melekatkan pada diri kita sikap-sikap.

“Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa  Serta Tut Wuri Handayani dalam ruang-ruang penghidmatan kita termasuk di dalam rumah besar kita bersama yakni “Muslimat NW” yang sama-sama kita cinta ini yang merupakan  tempat kita bersekolah sebagai bekal kita dalam menjalani eksistensi kita sebagai Madrasah pertama dan mencapai predikat menjadi sebaik-sebaik perhiasan dunia. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.(**)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close