Breaking News

PEMIMPIN "AMANAH" ATAU "AMAN-AH"?

 
Oleh Zulkarna

(Kasek SMPN 3 Kopang, sekaligus penulis inspiratif terbaik bidang pendidikan tahun 2016).


Keberhasilan sebuah organisasi sangatlah tergantung pada pimpinan (leader). Apabila pimpinannya baik maka organisasi yang dipimpinya tentu akan berhasil, demikian juga sebaliknya. Salah satu Prasyarat menjadi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang amanah.
Kata amanah sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan tersebut di atas. Amanah juga bermakna menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan oleh pemberi amanah. Allah berfirman yang artinya:” Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya, dan apabila kalian menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kalian menetapkan hukum dengan adil” (An-Nisa:58).

Dari firman Allah di atas jelaslah bahwa pemimpin yang amanah hendaknya berlaku adil, terbuka dan peka dengan apa yang menjadi kebutuhan bawahannya.

Pemimpin amanah juga memiliki rasa empati yang tinggi, artinya ketika bawahannya merasa susah dan menderita, maka pimpinannya juga ikut merasakannya, demikian pula sebaliknya ketika bawahannya merasa gembira maka pemimpinya juga ikut merasa senang dan gembira.

Intinya pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang selalu menempatkan diri sebagai pelayan atau khadam yang selalu melayani dan mau mendengar masukan-masukan dari bawahannya.

Ketika bawahannya merasa terlayani, maka akan berdampak pada peningkatan kinerja. Mereka terpacu untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab sehingga kemajuan dan kesuksesan organisasinya akan terwujud.

Pemimpin yang amanah juga akan selalu membangun komunikasi yang mesra dan transparan dengan bawahannya.

Segala persoalan organisasi dan keputusan yang diambil akan selalu melibatkan segenap komponen yang ada dalam organisasi, sehingga segenap komponen yang ada dalam organisasi tersebut merasa bertanggung jawab dan akan berpartisipasi penuh untuk melaksanakan keputusan bersama yang telah dibuat.

Lalu bagaimana dengan pemimpin yang “Aman- Ah?”. Tipe pemimpin ini adalah pemimpin yang lebih banyak mengabdi dan melayani atasan ketimbang bawahannya sekalipun harus mengorbankan amanah yang telah diberikan. Mereka cendrung bekerja Asal Bapak Senang (ABS).

Kecendrungan pemimpin seperti ini dipilih karena unsur kedekatan, kekerabatan (koncoisme), dan karena adanya transaksi jabatan, bukan lelang jabatan, sehingga kualifikasi dan kompetensi di nomor dua-kan. Hal ini sangat berdampak pada kinerja yang buruk. Mereka cendrung lebih banyak berfikir apa yang akan didapat dibanding kontribusi apa yang bisa diberikan terhadap organisasinya.

Mereka lebih banyak memerintah (instruct) ketimbang memberdayakan (enpowering) bawahannya. Ketika organisasinya berhasil maka keberhasilan tersebut diklaim sebagai hasil kerja keras pemimpin, dan apa bila organisasinya gagal, maka mereka cendrung mencari kambing hitam. Materi adalah orientasi utama ketimbang prestasi.

Betapa tidak, karena mereka diangkat dengan penuh transaksi, maka setiap kerjanya adalah uang, uang dan uang. Hal ini pantaslah dilakukan untuk mengembalikan biaya transaksi ketika meraih jabatannya, dan untuk mensuplay sang atasan agar jabatanya tetap aman dan terkendali. Kalau demikian keadaannya maka sudah barang tentu sebuah organisasi atau institusi akan mengalami stagnan bahkan kemunduran.

Dari uraian di atas, maka kesimpulan akan diserahkan kepada masing-masing pembaca yang kebetulan menjabat sebagai pimpinan sebuah organisasi ataupun institusi saat ini. Apakah anda termasuk pemimpin yang “amanah” atau pemimpin yang “Aman..aaah?”.

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close