Lombok Utara, (postkotantb.com) - Datu Artadi. Ya, begitu nama lengkap sosok karismatik asal Lombok Utara ini. Sosok Datu Artadi juga banyak menginspirasi banyak orang. Salah satunya Ir. H. Johan Bahry, M.Sc, mantan Sekjen MAS NTB/Akademisi Unram.
Johan Bahry menceriterakan, banyak hal tentang sosok Datu Artadi. Waktu dirinya muda dan aktif di Keluarga Lombok Utara (KAGALU), Datu Artadi sudah aktif berkiprah, jauh sebelum KLU terbentuk.
"Saya sangat kenal karakter dan ketokohan putera-putera KLU yang kemudian berkiprah sebagai pejabat dan politisi handal di Kabupaten Lombok Barat, sebelum KLU terbentuk saat itu," kata H. Johan Bahry.
Menurutnya, ada tiga sosok tokoh yang KLU yang pernah menjabat sebag Ketua DPRD, seperti Datu Artadi, Drs Siradip Arty, dan Drs Anggeng Aswadi.
"Mereka ini adalah murid berprestasi dari Kakek, Bapak dan paman paman saya. karena kakek dan orang orang tua kami berkiprah sejak jaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan sudah menjadi guru di Dayan Gunung saat itu," ulas H. Johan Bahry.
H Johan Bahry juga mengaku bersahabat dengan pengurus KAGALU yang menjadi pendiri KLU yakni Dr H. Ridawan dan H Djohan Sjamsu. Semua sosok tokoh dari KLU tak terkecuali Datu Artadi adalah tokoh yang santun, bersahaja dan sangat berprestasi.
"Datu Artadi saya sangat terkesan dengan pribadi beliau yang sagat berbudi luhur, berprestasi dan paduli. Aktifitas sosial, politik dan kebudayaan beliau sangat luas. Demikian kecintaan beliau pada budaya sangat kuat dan beliau tidak hanya mencintai budaya, tapi juga mengamalkan nilai nilai luhur daru budaya bangsa, khususnya budaya Sasak," paparnya.
Di Majelis Adat Sasak (MAS) sendiri, Datu Artadi duduk sebagai Majelis Pengelingsir, Ketua MAS saat itu adalah Mamiqda Drs H. Lalu Azhar dan saya sebagai Sekjen, yakni pada tahun 2000 - 2010.
"Saya sangat hormat dan kagum sama sosok beliau. Beliau adalah sosok yang sangat tindih. Konsep tindih dalam budaya Sasak adalah konsep hidup orang orang yang bijaksana, santun dalam adat, saleh dalam kehidupan beragama, menjadi suri tauladan serta selalu menjaga keselarasan hubungan sesama manusia, lingkungan dan tentunya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kehadiran beliau Datu Artadi pada setiap kegiatan MAS sungguh sangat bernilai," tuturnya.
H Johan Bahry juga berkiprah bersama Datu Artadi di Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara (FSMN). Dirinya dengan Datu Artadi cukup aktif dalam berbagai kunjungan dan kegiatan di tingkat regional, nasional bahkan Asean. Bersama Datu Artadi dan para raja, sultan dan Pemangku Adat seluruh Nusantara turut mendirikan FSKN dalam Musyawarah Agung I di Puri Pemecutan (Istana Raja Denpasar IX, Ide Tjokorde Jambe Pemecutan).
"Kedatuan Sokong degan rajanya Datu Artadi kemudian menjadi anggota aktif di Lembaga FSKN," ceritanya.
Perjalanan silaturrahmi di FSKN kata H Johan Bahry, sungguh sangat berkesan di hati para raja raja, sultan dan pemangku adat se-Nusantara.
"Muhibah kebudayaan dan silaturrahmi pun telah dijalani dengan beliau (Datu Artadi, Red). Kami juga menghadiri seminar seminar kebudayaan baik sebagu pembicara ataupun peserta di tingkat lokal, regional, nasional bahkan Asean," katanya.
Beberapa keraton seperti Bima, Sumbawa, Denpasar, Karang Asem, Solo, Yogyakarta, Banten Tenggarong, Indragiri sampai Keraton Riau Lingga, Istana Kampoeng Gelam Malayan Heritage di Singapura hingga ke Istana Kebon Sirih ( Kesultanan Johor, Malaysia) bahkan Mindanao Filipina pernah mereka kunjungi.
"Terakhir kami pernah bersiap untuk menghadiri undangan ke Kerajaan di Eropa sepeti Belanda, Tahta Suci Vatikan, Inggris, Belgia dan Kerajaan Denmark. Walau kunjungan ini gagal setidaknya kami pernah bersiap dan telah mengantongi undangan dari raja-raja di Eropa.
Selama dua minggu kami di karantina untuk persiapan pemberangkatan dan saya satu kamar dengan Miq Datu di Jakarta.
Tetapi karena rombongan besar sekitar 100 orang, panitia kesulitan dalam konsolidasi paspor dan visa memasuki negara-negara kerajaan di Eropa," ceritanya kala itu.
"Banyak tokoh-tokoh, raja dan sultan mengagumi sosok Datu Artadi yang murah senyum, santun, berbusana rapi serta bervisi dalam pandangan kebudayaan.
Kini-kita sangat merasa kehilangan sosok Datu Sokong ini, tokoh KLU, tokoh Lombok dan tokoh Nusantara ini. Kita semua merasa kehilangan," ujarnya lirih.
Kepergian Datu Artadi kata H Johan
Bahry, meninggalkan kesan yang mendalam bagi orang yang pernah mengenal dan bergaul dekat dengan beliau. Datu Sokong, Pengelingsir Majelis Adat Sasak, Anggota Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara, serta tokoh KLU yang memiliki nama dan kiprah besar ini pasti akan merasa kehilangan.
"Selamat jalan Miq Datu Artadi. Berat timbangan utara Kokok Segara adalah wilayah Adat Bayan, Berat timbangan selatan Kokok Segara adalah wilayah Adat Sokong. Tetap Bayan dan Sokong tetap Polong - Merenten. Inilah falsafah kehidupan beliau untuk mensinergikan budaya KLU yang bisa memediasi dua poros budaya yang menjadi pilar tempat berdirinya KLU," tuturnya.
Motto Tioq, Tata, Tunaq untuk Kabupaten Lombok Utara pun kata H Johan Bahry, juga meretas dalam pemikiran Datu Artadi bersama para tokoh dan budayawan KLU.
Miq Datu juga dikenal sebagai tokoh peredam konflik. Falsafah kebudayaan beliau juga masuh terkenang dalam ingatan.
"Saya ingat fatwa beliau, (dalam berbudaya itu kita harus berhati hati, jika ada konflik, makan penyelasaiannya seprti menarik benang dalam tepung.
Bagaimana agar benang tidak putus dan tepung tidak tercecer, maka semua masalah konflik kebudayaan dlm masyarakat harus diselesaikan degan penuh ke hati hatian). Beliau menyampaikan fatwa ini di tengah pertemuan untuk meredam konflik ketika FSKN dilanda konflik antar tokoh di hadapan forum yg dipimpin Ketua FSKN Pusat YM Raja Solo Kanjeng RM Letjen Sri Tejowulan," kata H Johan menceritakan.
"Al Fatihah untuk Datu Artadi, tokoh besar lintas politik, pemerintahan dan kebudayaan. Semoga Allah menempatkan beliau di Jannatunna'im. Pengurus FSKN sebagai wadah dijamu Menlu Singapura dimana Datu Artadi (Raja Sokong) terdaftar sebagai anggota aktif. Senyum ramah ketulusan beliau sagat mengesankan," pungkasnya. (@ng)
0 Komentar