Breaking News

Unjuk Karya Kurikulum Merdeka MAN 2 Mataram, Kental Kearifan Lokal

Dok. RIN/TEAM.

Mataram (postkotantb.com)- Dalam rangka merawat kearifan lokal di lingkungan madrasah, MAN 2 Mataram bekerja sama dengan RRI Mataram menggelar Gebyar Unjuk Karya Kurikulum Merdeka, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Jumat (09/12/2022).

Event yang berlangsung di halaman MAN 2 Mataram ini, dirangkai dengan Dialog Luar Studio dan menghadirkan  Plt. Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) NTB, H. Zamroni Azis, diwakili Kepala Bidang Pendidikan Madrasah (Kabid Penmad), H. Muh. Amin, sebagai Keynote Speaker.

Kemudian Kepala MAN 2 Mataram, H. Lalu Syauki, Kepala Kemenag Kota Mataram, H. Haryadi Iskandar, serta Ketua Majelis Adat Sasak, H. Lalu Sajim. Kegiatan ini mengangkat tema, menjaga kearifan Lokal, Merawat Tradisi dan Mewariskan Budaya.

Sesuai jadwal, Gebyar Unjuk Karya Kurikulum Merdeka akan dilaksanakan hingga pekan depan, tepatnya Tanggal 10 Desember 2022. Pembukaan event ini, diawali dengan tarian Siswa Kelas X-6 serta Tarian Tegining Teganang khas Suku Sasak, yang ditampilkan Siswa Kelas X-9 MAN 2 Mataram.

Ditambah lagi dengan berbagai permainan tradisional, salah satunya ular tangga. Dan Sabtu pekan ini, madrasah tersebut, juga akan diramaikan dengan kegiatan adat nyongkolan. Tidak heran jika madrasah tersebut kental dengan nuansa kearifan lokal.

Dalam dialog luar Studio, Kabid Penmad, H. Muh. Amin menilai, Kurikulum Merdeka merupakan penyempurna Kurikulum 2013. Kurikulum baru itu memuat P5 dan mengarah terhadap cara belajar yang berkaitan dengan kearifan lokal.

Ini menuntut kemampuan lembaga pendidikan khususnya madrasah, untuk berinovasi menerapkan apa yang tengah marak di dunia pendidikan, serta budaya leluhur yang akan diwariskan ke generasi muda.

Amin berharap adanya Dialog Luar Studio di MAN 2 Mataram ini, dapat memberikan manfaat bagi madrasah-madrasah di NTB. Karena tentu saja, dalam membahas kearifan lokal, madrasah harus tetap memperhatikan kemampuan, yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

"Kemenag sangat berharap, madrasah di NTB turut ambil bagian, dalam menampilkan kearifan budaya lokal. Terutama P5," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala MAN 2 Mataram, H. Lalu Syauki, memaparkan, Gebyar yang terselenggara ini, merupakan salah satu cara dalam rangka menanamkan nilai-nilai kearifan lokal di lingkungan madrasah.

Terlebih lagi MAN 2 Mataram, mendapat kepercayaan untuk menjalankan pilot project kurikulum Merdeka Belajar di tahun pertama, dengan tema kearifan lokal.

"Jadi, setelah ujian, untuk mendapatkan rapor P5,  anak-anak harus ada proyek. Nah, dalam proyek ini ada 10 jenis di Madrasah kami. Kalau bukan kita sebagai tenaga pendidik, siapa lagi. Jangan sampai anak-anak kita lupa sejarah," imbuhnya.

"Sudah saatnya kita bangkit untuk menumbuhkan kecintaannya terhadap kearifan lokal. Tadi anak-anak kami sudah memainkan ular tangga. Yang mana ketika dapat tantangan, mereka harus membaca pantun dan menyanyikan lagu daerah," sambungnya.

Dok. RIN/TEAM.

Ini juga selaras dengan konsep pengembangan nilai-nilai moderasi beragama. Selain soal agama, siswa MAN 2 Mataram tetap diarahkan untuk mempelajari budaya lokal. Semisal saja mempelajari sejarah Pura Lingsar, serta mempelajari berbagai macam kuliner tradisional.

"Saya mengajak teman-teman di satuan pendidikan, mari kita melakukan aksi nyata sesuai kemampauan kita melaksanakan konsep P5," ajak Syauki

Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Mataram, H. Haryadi Iskandar, mengapresiasi Kurikulum Merdeka berbasis kearifan lokal itu. Menurutnya, hal tersebut, memberikan dampak positif, mengingat saat ini, generasi muda rentan akan pengaruh dari kemajuan teknologi.

"Kita harus akui kekuatan teknologi dengan segala perubahan-perubahan yang terjadi, ternyata membawa dampak yang luar biasa. Terutama kepada anak-anak remaja," cetusnya.

Lebih jauh dijelaskan bahwa kearifan lokal tidak bisa dibenturkan dengan agama. Karenanya, dia berpesan agar MAN 2 Mataram sebagai lembaga pendidikan yang mendapatkan amanah untuk melaksanakan Kurikulum mmMerdeka, harus beradaptasi.

"Madrasah ini harus mampu mengispirasi madrasah lainnya untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka. Apalagi muatan-muatan lokal juga betul-betul menjadi bagian yang harus diajarkan di madrasah," pesannya.



DIAPIT BALI DAN NTT



Pada saat yang sama, Ketua Majelis Adat Sasak, H. Lalu Sajim Sastrawan menilai, berkaitan dengan tema yang diangkat MAN 2 Mataram, dimulai dari kondisi NTB. Ini dimaksud agar cara berpikir runut untuk mencoba mengakselerasikan persoalan pendidikan serta regulai baru tentang NTB.

"Selama ini masyarakat NTB hanya mengetahui Undang-undang NTB yang lama yakni Undang-Undang No. 64 tahun 1958. padahal Undang-undang baru nomor 20 Tahun 2022 telah disyahkan pada tanggal 25 Juli 2022 oleh Presiden Joko Widodo," ungkapnya.

Dijelaskan bahwa undang-undang yang lama, masih berbau koloni. Sebab kala itu, NTB masih termasuk wilayah Indonesia bagian timur, yang termasuk di dalamnya ada Bali dan NTT. Ketika itu, NTB gugup, karena diapit dua wilayah tersebut.

"Secara tidak langsung, undang-undang ini sesungguhnya sudah mengajarkan kepada kita tentang makna toleransi, bagaimana hidup berdampingan, bermusyawarah, membangun welas asih di antara kita," singgungnya.

Hal lainnya, kata Mamiq Sajim,NTB kita mati langkah. Karena tidak mampu melaksanakan tentang sosiocultural secara urgen, sesuai dengan kapasitas ke-NTB-an.

"Kita hanya bisa berbicara Sasambo, tetapi dalam konten dan konteks, elaborasi kesungguhan kita untuk melaksanakan semisal Islam yang moderat agak susah. Untuk menjawab persoalan ini, diterbitkanlah undang-undang baru tentang NTB. Mudah-mudahan memberi manfaat bagi masyarakat NTB," jelasnya.(RIN/TIM)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close