Breaking News

SMEKTI Jadi Pusat Belajar Vokasi Guru SMK

Kepala Dinas Dikbud NTB, H Aidy Furqon, didamping Kepala SMKN 3 Mataram, Sulman Haris, bersama rombongan BBPPMPV BOE) Malang dan 20 peserta Pelatihan, Selasa (01/08).

Mataram (postkotantb.com)- Dalam rangka mempersiapkan guru untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka, Balai Besar Pengembangan Penjamin Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika (BBPPMPV BOE) Malang, menunjuk SMKN 3 Mataram (SMEKTI), sebagai salah satu Pusat Pembelajaran Vokasi Guru, khususnya sekolah kejuruan.

Dalam hal ini, BBPPMPV BOE Malang menjadikan sekolah tersebut sebagai Pusat Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Umum Mata Pelajaran Matematika- Bangunan. Kegiatan ini dibuka secara resmi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, H Aidy Furqon, di ruang sidang SMEKTI, Selasa (01/08).

Kegiatan ini melibatkan 20 orang guru, sebagai perwakilan SMK, baik negeri maupun swasta. Antara lain SMEKTI, SMKN 5 Mataram, SMK Muhammadiyah , SMKN 6 Mataram, SMKN 1 Gunungsari, SMKS Yusuf Abdusatar, dan SMKN 1 Kuripan.

Kemudian SMKN 2 Kuripan,  SMKN 1 Labuapi, SMKS Darul Qur'an, SMKN 2 Lingsar, SMKS Islam Nurul Hikmah, SMKN 1 Lingsar dan SMKN 1 Narmada. Pelatihan tersebut akan dilaksanakan selama 11 hari dan diisi oleh dua pengajar. Yakni Suprono selaku Pengajar 1  dan Misto Supriyadi selaku Pengajar 2.

Dalam sambutannya, Kepala SMEKTI, Sulman Haris, menyampaikan rasa bangganya ditunjuk sebagai pusat belajar. Ia mengatakan, Pengembangan Kompetensi Guru di SMK, senantiasa menjadi program utama  BBPPMPV BOE Malang.

Sehingga, berbagai strategi telah diterapkan oleh balai tersebut. Salah satu diantaranya, menyelenggarakan Pusat Belajar di berbagai daerah termasuk NTB. "Kami, keluarga besar SMEKTI sangat bangga dipilih, sebagai Pusat Belajar pada salah satu kompetensi yang di programkan," ungkapnya bangga.

Program pengembangan kompetensi Guru Matematika Untuk Program Keahlian Bangunan, akan memberi dampak penguatan Guru Matematika. Dengan spesifikasi kompetensi di Bidang Bangunan.

Ia menilai bahwa hal ini, merupakan nuansa baru dalam Kurikulum Merdeka, bagaimana mata pelajaran non produktif dispesifikasikan sesuai dengan program keahliannya. Sehingga akan sangat kontekstual dan aplikatif. "Sehingga guru-guru, khususnya di SMK dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara kontekstual," ujarnya.

Sebaliknya, Sulman Haris meminta para guru untuk memanfaatkan kegiatan tersebut dengan niat dan pembelajaran mandiri. Sehingga materi yang diperoleh dapat terserap secara optimal.

"Kami berharap, guru yang menjadi peserta dapat meimbaskan ilmu pengetahuan dalam pelatihan ini, kepada para guru yang belum memiliki kesempatan untuk menjadi peserta pelatihan ini," harapnya.

Sementara itu, Kepala BBPPMPV BOE Malang, I Gusti Made Ardana, diwakili Muhammad Nurhadi mengajak seluruh peserta kegiatan pelatihan, untuk berkolaborasi agar materi yang diajarkan dapat diserap dan nantinya dapat bermanfaat bagi para peserta didik di sekolah masing-masing.

"Pelatihan ini merupakan hal yang luar biasa bisa bertemu dengan orang-orang hebat di NTB, termasuk Kepala Dinas Dikbud NTB. Jadi kami mohon dukungan terhadap kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru, khususnya jenjang SMK," ucapnya.




PERKEMBANGAN KURIKULUM




Selain membuka secara resmi kegiatan pelatihan ini, Kepala Dinas Dikbud NTB, H Aidy Furqon, Juga menjadi narasumber. Dalam pemaparannya, Aidy Furqon menjelaskan tentang kurikulum yang diterapkan pemerintah, sebelum Kurikulum Merdeka. Dimulai dari Tahun 1978 silam. Kala itu disebut Garis-Garis Besar Pembelajaran (GGBPP) atau Buku Biru.

"Saat itu metode pengajaran berpusat pada guru," ungkapnya.

Setelah 10 tahun, kurikulum itu berkembang menjadi Suplemen Kurikulum Revisi 98 yang kemudian menghasilkan Satuan Pelajaran (SP), dan Rencana Pelajaran (RP). Lalu munculah metode pendekatan baru yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), menggunakan konsep Humanistik.

Yakni reward, melalui pemberian rangking bagi yang berprestasi dan pemberian hukuman (Punishment). Kurikulum ini pun berkembang lagi menjadi Kurikulum Contructivism. Saat itu siswa sudah diperkenankan untuk belajar dari lingkungannya secara Contekstual Learning.

Siswa sudah bisa belajar melalui metode Eduwisata dan Outbond. Lalu berubah lagi dengan Kompetensi Base Kurikulum, disempurnakan menjadi KTSP dan lanjut ke Kurikulum 2013 (K13).

Pada tahun 2020, Pemerintah pusat memberikan opsi protoype kurikulum dan tepat 11 Februari 2022, Pemerintah Pusat akhirnya meresmikan Kurikulum Merdeka.

Pada kurikulum baru ini, Basis pengembangannya lebih terhadap konten, pilihan strategi, metode, dan iklim belajar. Untuk Pendekatannya Differensiasi Keberagaman.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga dalam rangka merefresh dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakter siswa, sesuai era dan zamannya. "Sekarang ini, guru mengajar siswa yang disebut Generasi Z.Tugas kita sebagai guru itu menyesuaikannya," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Aidy Furqon menyebutkan tiga ciri-ciri siswa Generasi Z. Pertama, suka dengan tehnologi. Dalam konteks ini, guru harus mengupdate diri dan tidak ketinggalan tehnologi. Kedua, siswa suka Konkow atau bersosial media (Sosmed) melalui berbagai aplikasi smartphone. Seperti grup whatsapp, Facebook dan lain sebagainya.

Ketiga, siswa Generasi Z suka dengan Start Up, terlebih pada ilmu-ilmu yang berorientasi ke kepentingan enterpreneurship melalui aplikasi smartphone, untuk menambah income pribadi, tanpa menanggalkan status pelajar.

Di sisi lain, ia mengingatkan agar dalam implementasi Kurikulum Merdeka, guru tidak membiarkan siswa untuk belajar mandiri. Tapi bagaimana siswa bisa diarahkan untuk belajar secara kelompok, sesuai dengan kemampuan dan daya fikir. Khususnya dalam mata pelajaran Matematika Terapan dan elektronika.

Seperti daya fikir pada otak kiri, dapat dilihat berdasarkan kemampuan siswa dalam berbahasa, analisis berpikir, logika, angka, rasionalitas, obyektivitas, realistis dan detail. Sayangnya otak kiri memiliki ingatan yang pendek (Short Memori).

"Sedangkan otak kanan, memiliki kemampuan yang berbeda. Seperti seni/musik, gambar/warna, kreativitas, konseptual, berfantasi, imajinasi, intuisi dan emosi. Otak kanan kelebihannya memiliki ingatan yang lama dan lentur," terangnya.

"Jadi proses pendidikan bukan hanya berpatokan dengan angka dan nilai. Karena memang ada yang dominan kiri dan dominan kanan. Kalau bisa diseimbangkan, itulah cerdas. Jadi tugas guru itu bagaimana anak bisa seimbang," jelasnya.(RIN)
 

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close