Breaking News

Mengenang Suka Duka Sebagai Seorang Jurnalis

 

Cerita kali ini lumayan panjang, penulis Jaharudin, S.Sos


Sudah mencoba berbagai pekerjaan yang awal mulanya bermula dari belajar berorganisasi di berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga nyemplung di dunia jurnalistik.

Diawali dengan peran sebagai tukang mengantarkan surat undangan pertemuan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan Provinsi, hingga berperan sebagai perekam/menulis jalannya suatu kegiatan hingga sesekali menjadi juru potret yang sama sekali buta dan tidak memeliki pengalaman sebagai juru potret, pada kegiatan organisasi maupun event even lainnya dengan tidak ada sama sekali bekal dan pendapatan yang memadai.

Pindah dari kegiatan yang satu ke kegiatan yang pekerjaan lainnya dan pada akhirnya terjebak dalam dunia jurnalistik.
Perasaan bimbang harus mencari pekerjaan apa yang pantas dan memberikan janji untuk memulai dalam tantangan kerisis ekonomi saat itu, tepatnya bersamaan dengan situasi bangsa dalam krisis moneter 1997-1998, dan ahirnya saya harus berani menantang keadaan yang tidak menentu, dengan mencoba geluti dan memilih pekerjaan Jurnalis yang kira kira sama seperti memilih jodoh, harus klik di hati, nyaman, nyambung, sepemikiran dan kalau dipikir-pikir penampilan lebih cocok jadi jurnalis saja.

Saat itu, tak ada satupun pilihan lain karena sudah bosan mondar mandir sebagai Direktur bidang Pengangguran yang tidak memiliki pendapatan sama sekali sudah berjalan selama bertahun tahun lamanya.

Keadaan ekonomi semakin sulit dan tidak pasti apa dan kemana harus mencari pekerjaan yang dapat memberikan harapan untuk keluarga.

Awal mula menjadi wartawan sangat berat selain fisik harus kuat, otak juga harus terasah,terampil.
Awal mulainya sebagai Jurnalis saya ikut di media cetak Mingguan, ”Surat
Kabar Giri Menang” dan beberapa Media lainnya selama kurang lebih empat tahun lamanya.
Kemudian berpindah ke ”Surat Kabar Lombok” dan berikut di ”NTB Post” yang kebetulan saat itu bersama Syarifudin,SH, yang nasipnya di tahun 2015 terpilih menjadi Wakil Bupati Kabupaten Lombok Utara.


Seiring dengan berjalannya waktu, kurang lebih tiga tahun lamanya sebagai wartawan ”NTB Post” yang pada ahirnya perusahaan tersebut sudah tidak lagi exis alias di tutup karena pemiliknya sudah meninggal duania, kemudian saya di gadang dan diterima di salah satu surat kabar ”Post Kota NTB” sampai saat ini ditugaskan sebagai Kepala BIRO untuk Kabupaten Lombok Utara.

Kira kira berjalan tiga tahun berjalan, saya kemudian di tugaskan menjadi Plt. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Kabupaten Lombok Utara yang saat itu PWI Prov NTB masih disandang Ir H Sukusman (Sekatlrang Anggota DPD).

Ada hal yang menegangkan juga saat menjadi wartawan harus berhati-hati dalam pemberitaan jika salah sedikit atau memihak kesalah satu pihak maka urusannya akan sangat panjang karena berhubungan dengan kalangan atas.

Sesekali ketika ditugaskan di luar daerah, saya harus menempati post yang bukan saja bertugas pada kegiatan Dinas tertentu, namun terkadang di markas kepolisian bahkan di Istna Presiden mendampingi Kontingen Kabupaten Lombok Utara dan lain lain.
Terlebih lagi saat itu negara sedang dalam krisis moniter dan tuntutan reformasi, saya harus penuh kehati hatian dalam menjalankan tugas Jurnalistik.  Setiap hari pasti ada saja kasus yang terjadi, ntah itu pencurian, narkoba, pembunuhan, pemukulan dan lain sebagainya.

Dengan berpengalaman yang sangat minim dalam dunia jurnalistik, saya harus mampu mendapatkan informasi yang akurat, tepat dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan, terlebih lagi ketika berhadapan dengan aparat penegak hukum yang sistem kerja kepolisian investigasi telisik kasus, wartawan harus akrab dengan dunia kriminalitas ini berbeda dengan post ekonomi, politik dan lain lain.
Terkadang sesekali cara berbicaranya pun terkesan nakal karena ini merupakan dunia kriminal.

Jika ingin tahu lebih dalam maka kita harus bisa berbaur dengan semua kalangan mulai kepolisian, kepala humas, bagian narapidana, pengadilan dan lainsebagainya.
Tips yang diberikan oleh rekan wartawan senior adalah ngeloni post maksudnya jika kita ingin mengetahui informasi maka kita harus lebih dekat dengan narasumber. Contoh ketika saat itu saya harus bertemu Arby Sanit, Imam Bambang Prasejo, Fajrul, Amien Rais, dan sejumlah tokoh politik maupun pengamat lainnya.

Demikian pula dengan pihak kepolisian ketika masuk dikamar mayat mencari data dari berbagai pihak. terkadang hal sedetail apapun yang belum didapatkan wartawan lain, saya harus bisa mendapatkan poin tambahan. Intinya berbaurlah dan pasi kita akan dapatkan beritanya. Saya memang saat itu masih canggung dan pasif mungkin karena masih adaptasi tapi menarik juga mendapatkan informasi yang detail.

Wartawan terkadang ikut turun langsung bersama tim investigasi, misalnya saat melakukan penggerebekan club malam, TKP kecelakaan dan lain lain. Cara menulis berita juga tidak boleh sembarangan, misal korban pelecehan seksual harus menggunakan nama samaran.
Seminggu satu kali ada rapat desk untuk menentukan boks dan lapsus, itu bikin sport jantung. Karena pasti semua harus mempresentasikan untuk mengisi boks.

Tidak bisa sembarang juga dalam presentasi harus sudah wawancara, mempunyai data yang jelas lengkap dan tidak terkesan biasa. Rata-rata teman penulis sudah mempresentasikan boks hanya penulis yang belum. Bahkan banyak yang ingin membantu dengan memberikan cp informasi agar bisa dijadikan boks.

Mencari berita kesana kemari belum ada satupun yang terbit. Ini seperti Mangabut (Makan Gaji Buta) dan bikin down kenapa susah sekali. Coba lagi dan lagi, alhamdulillah akhirnya terbit juga walau telat. Redaktur penulis orang yang sabar dan bijaksana, beliau sudah lama berkecimpung di dunia media cetak sehingga sudah sangat hafal dengan ragam berita.

Penulis membuat sebuah berita mengenai karya mahasiswa, redaktur mengatakan kamu harus menulis secara obyektif bukan subyektif.

Ada masukan-masukan positif dan banyak sekali pembelajaran tentang tata cara menulis berita. Waktu deadline adalah waktu terhoror untuk para wartawan dan redaktur, kami harus bekerja sama menyelesaikan tepat waktu sebelum dikirim ke editor untuk segera diterbitkan.

Untuk pengalaman penulis saat liputan akan dishare di kesempatan lain. Saat meliput dimanapun desknya pasti akan bertemu dengan wartawan dari media lain. Mereka sama tujuannya memburu berita dan mencari celah untuk mendatkan yang pertama atau secara eksklusif.

Ada ruang khusus untuk para media di setiap desk, bisa saling bertukar no Hp Jadul saat itu atau bergabung di group untuk mendapatkan informasi. Mereka bisa jadi teman bisa jadi musuh terselubung juga.

Disini juga rawan salam tempel atau wartawan amplop jadi harus kuat iman, tidak semua juga yang mau menerima tetapi tidak sedikit pula yang menerima. Ada istilah wartawan bodrex atau wartawan palsu, ya dalam dunia media istilah tersebut tidak asing.

Harus hati-hati dengan wartawan seperti itu, mereka mencari berita mengatasnamakan media tertentu atau membuat media sendiri yang abstrak. Setelah mendapat berita mereka meminta sejumlah uang sebagai imbalannya. Mejadi seorang wartawan itu sangat seru dan menantang, siapa yang tidak suka jalan-jalan gratis ke berbagai tempat, memperoleh ilmu dengan berbagai profesi secara cuma-cuma, bebas akses masuk ke event festival, bertemu dengan berbagai pejabat penting dan bertemu dengan berbagai macam orang menarik.

Semoga tulisan ini bermanfaat....Aaaamin.- (Saprin)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close