Oleh Jaharuddin.S.Sos
Ada dua tife calon kepala daerah dalam Pilkada 2024 ini, yakni calon yang banyak uangnya dan calon yang banyak utangnya. Kedua jenis calon ini sama sama kuat. Calon yang banyak utangnya memiliki akses yang kuat ke bank, ke perusahaan atau pengusaha tajir. Sementara calon yang banyak uang nya mungkin rajin nabung, pernah menjabat dalam jabatan tinggi, punya perusahaan dll.
Kedua jenis calon ini memiliki keunggulan masing masing, baik bagi partai politik yang mendukungnya, para tim sukses, maupun bagi para pemilih yang nanti hura hura atau hore hore pada saat proses pilkada hingga hari H pilkada.
Kalau yang banyak utangnya jika didukung maka bisa kecipratan akses ke bank, ke penngusaha pengusaha tajir. Sudah tentu dalam pilkada bisa kebagian uang hasil utangan tersebut pada saat pikada, baik dalam rangka membeli partai atau kegiatan pemenangan lainnya. Asal calon tersebut tidak medit, tidak pelit dan tidak memanfaatkan momentum pilkada untuk memperkaya diri keluarganya.
Sementara calon yang banyak uangnya kalau didukung maka juga bisa kebagian uang baik uang hasil jual beli partai, tenaga tim sukses pemenangan dan kebutuhan pemenangan lainnya. Calon yang banyak uangnya jago kalkulasi bisa mengukur harga yang pantas bagi kebutuhan tersebut, sebab kalau tidak pandai maka uang perusahaan, atau uang hasil jual aset bisa habis, perusahaannya bisa bangkrut atau perusahaannya bisa gulung tikar.
Selain itu calon yang banyak utangnya nanti kalau menang maka akan fokus membayar utang kepada pengusaha, atau kepada bandar, atau kepada partai baik dengan proyek proyek pemerintah, proyek investasi yang dijamin oleh pemerintah, membagi pembiayaan dari bank bank daerah dan lain sebagainya.
kecuali calon itu lupa diri, suka ingkar janji maka bisa jadi akan melupakan utang utang tersebut, kecuali kepada bank. Biasanya calon semacam ini akan ditinggalkan pendukungnya kelak.
Sementara calon yang banyak uangnya mungkin akan lebih santai sembari memanfaatkan kekuasaan untuk memulihkan perusahaanya perusahaanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Calon semacam ini jika menang biasanya juga akan mengalokasikan tenaga atau uang kekuasaan untuk menghadapi lawan lawannya yang juga pasti ingin menggerogoti kekuasan yang diperolehnya.
Ada juga yang salah hitung ternyata revenue yang diperoleh dari kekuasaan sebagai kepala daerah lebih sedikit dibanding harga aset yang telah dilego atau perusahaan yang telah dijual. Bisanya kepala daerah semacam ini akan banyak mengeluh.
Jadi kedua jenis calon ini ada kurang lebihnya, tinggal masyarakat sekarang memilih mau mendukung yang mana? asal masyarakat jangan terlalu serius atau militan sampai mengorbankan harta sendiri karena cinta buta sama calonnya, sebab nanti kalau tertipu maka bisa gila sendiri. (Red)
0 Komentar