Breaking News

Pemda KLU Gelar Apresiasi Adat dan Budaya Lombok Utara




Lombok Utara (postkotantb.com) - Pulau Lombok terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, terkenal dengan keindahan Gunung Rinjani dengan panorama alam perbukitannya serta Tiga Gili (Gili Terawangan, Gili Meno dan Gili Air) yang di kelilingi pantainya baik di sekeliling pulau di tiga Gili maupun di sepanjang Jalan Pariwisata  Senggigi, Keluwi - Bayan.

Di luar itu, pulau nan indah disebelah timur pulau Bali ini juga menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam yang teramat tua, dan masih terawat dengan baik hingga kini. Dengan kapasitas dan kewilayahan Lombok Utara yang tidak begitu besar,
pulau ini juga memiliki potensi dalam
bidang budaya.

Bupati Djohan mengatakan, terselenggaranya pekan apresiasi budaya ini sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kebudayaan Lombok Utara.

“Ini menjadi agenda tahunan dan merupakan agenda rutin kita,” katanya.

Lanjut Djohan, Menurut cerita rakyat setempat Sendang Gile ini tempatnya waktu dulu tempat bidadari mandi kalau lagi turun ke bumi. Dari Bayan juga kita dapat melakukan tracking/pendakian ke Danau Segara Anak di Gunung Rinjani.

Desa Bayan merupakan satu-satunya daerah yang masih kuat dengan budaya dan tata adatnya jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di sekitar pulau Lombok, hanya saja untuk kedepannya budaya dan tata adat yang berlaku atas kesepakatan komunal masyarakat adat Bayan terancam mengalami pengikisan sedikit demi sedikit.


Penggunaan pakaian adat selalu berkenaan dengan penyelenggaraan upacara adat.Diantara berbagai upacara adat di Bayan, ada dua kategori upacara adat yang senantiasa melibatkan kemeriahan orang banyak.Kategori pertama ialah upacara berkenaan hari-hari besar adat-keagamaan, yakni maulud, lebaran tinggi (Fitri) dan lebaran pendek (Adha).

Pada kategori upacara ini prosesi mauludan adat merupakan yang paling gegap-gempita, diselenggarakan selama dua hari dua malam. Kategori kedua ialah upacara berkenaan dengan siklus hidup seseorang,seperti perkawinan hingga kematian.

Dalam kategori ini Orang Bayan membaginya menjadi dua,yaitu Gawe Urip, yaitu upacara-upacara terkait kehidupan seseorang, misalnya perkawinan,kehamilan, kelahiran, buang awu (memberi nama bayi), ngurisang (potong rambut) hingga nyunatan (khitan); dan, Gawe Mati, yaitu upacara-upacara terkait dengan kematian, mulai hari 'H' meninggalnya si mati hingga rangkaian upacara lanjutannya, hingga ton-tonan (peringatan ulang tahun kematian).

Dalam kategori kedua ini upacara besarnya disebut gawe beliq, yang
bisa berupa perkawinan atau khitanan.Disebut demikian, artinya upacara besar,karena seringkali rangkaian hari 'H' upacara ini bisa berlangsung sampai sekitar seminggu non-stop.
Setiap hari sekurang-kurangnya seekor kerbau atau sapi dipotong untuk masakan menjamu para tetamu, lain lagi hitungan kambing dan domba yang ikut disembelih guna memeriahkan perhelatan.

Peresian, yakni permainan olahraga adu rotan dan berbagai group seni kerawitan (musik tradisional) biasanya ikut diselenggarakan dalam pelaksanaan gawe beleq ini. Ketika dilaksanakan inti perayaan maulud maupun penyelenggaraan gawe beleq, para pelaku upacara menggunakan pakaian adat lengkap sesuai peruntukannya. Dalam rangkaian pawai adat maulud di Desa Bayan Beleq misalnya, dua pasang pria berdandan dan berpakaian sebagai pasangan lelaki dan perempuan yang menyimbolkan Adam-Hawa dan tuaq-turun (leluhur) masyarakat Bayan, lalu diikuti oleh wakil-wakil dari Kampu (tempat berkumpulnya para Tokoh), yaitu kesatuan pemukiman adat dan desa-desa adat terkait.

Sedangkan di Desa Semokan, satu desa yang lebih konservatif di lingkungan masyarakat adat Bayan, para wanita yang melaksanakan pawai berbaris menuju pedangan (dapur umum) setelah prosesi pencucian beras adat di SungaiSemokan.

Sebagian pakaian adat Bayan merupakan hasil karya tenunan tangan (manual) para gadis, ibu-ibu hingga nenek-nenek di Desa Bayan, Kecamatan Bayan dan sekitarnya.Misalnya Jong, yakni penutup kepala wanita, hanya dapat dibuat oleh para penenun yang
berpengalaman karena rumitnya corak
dan pewarnaan yang harus dikerjakan.

Pakaian adat suku Sasak terbagi menjadi dua, yaitu pakaian adat untuk perempuan dan laki-laki:

Pakaian adat perempuan disebut dengan pakaian lambung, yang terbuat dari kain pelung. Kain pelung melambangkan keagungan seorang perempuan.

Sementara Pakaian adat laki-laki disebut dengan pakaian pegon, yang biasanya berwarna hitam polos. Di bagian belakang pegon dimodifikasi untuk menyelipkan keris. Di bagian pinggangnya, pegon dihias dengan kain songket ber benang emas.

Pakaian adat suku Sasak biasanya digunakan dalam upacara adat, ritual pernikahan, dan penyambutan tamu, selain pakaian adat, suku Sasak juga memiliki kain tenun khas, yaitu songket dan ikat. Kain songket terbuat dari benang katun warna-warni, benang perak, atau emas. Kain tenun ikat memiliki bahan dan bentuk yang lebih sederhana dan fungsional.

Penenun Jong biasanya menyimpan rahasia pembuatannya sebagai warisan turun-temurun.

Masyarakat Bayan sendiri sebenarnya sudah dapat memahami serta
menerima budaya yang masuk dari berbagai unsur-unsur yang dapat mempengaruhi budaya desa bayan itu sendiri.

Akan tetapi masyarakat bayan belum mampu menghindari pengaruh perkembangan globalisai yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Masyarakat tradisional Bayan, ada masa lalu dikenal sebagai penganut agama Islam

“Waktu Telu”.Walaupun keberadaan ajaran ini secara formal sudah tidak ada, namun sisa-sisa kepercayaan lama masih dapat dilihat pada penyelenggaraan berbagai upacara tradisi, misalnya upacara „sedekah urip‟, upacara minta hu jan, dan sebagainya.

Dalam berbagai aspek, penganut kepercayaan “Islam Waktu Telu” di Bayan memiliki pandangan yang “serba tiga”, misalnya :
a) Dalam kehidupan bermasyarakat, sumber hukum yang dianutnya terbentuk atas tiga prinsip,yaitu : agama, adat dan pemerintahan.
b)Sistem organisasi kemasyarakatan, masyarakat Bayan mengenal tiga lembaga, yaitu : 1.Pemangku Adat, yang menjadi pimpinan tertinggi di desa, biasanya dijabat secara turuntemurun. 2.Pembantu Pemangku, bertindak menangani urusan pemerintahan3.Penghulu, dijabat oleh Kiyai, bertugas menangani urusan keagamaan.Dari penuturan para Pemangku Adat diperoleh keterangan bahwa bilangan tiga merupakan
pencerminan dari pemahaman terhadap asal usul terjadinya manusia.

Manusia lahir di atas dunia atas kehendak Tuhan dengan perantaranya ayah dan ibu. Inti ajaran “ Waktu Telu “ merupakan pengejawantahan ajaran budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari, dengan menyediakan lekok buaq. Ritual ini dijadikan sebagai media betabeq (penghormatan) pada pohon bambu yang akan ditebang.

Penggunaan pakaian adat selalu berkenaan dengan penyelenggaraan upacara adat.Diantara berbagai upacara adat di Bayan, ada dua kategori upacara adat yang senantiasa melibatkan kemeriahan orang banyak.Kategori pertama ialah upacara berkenaan hari-hari besar
adat-keagamaan, yakni maulud, lebaran tinggi (Fitri) dan lebaran pendek (Adha).

Pada kategori upacara ini prosesi maulu dan adat merupakan yang paling gegap - gempita, diselenggarakan selama dua hari dua malam.

Kategori kedua ialah upacara berkenaan dengan siklus hidup seseorang,seperti perkawinan hingga kematian. Dalam kategori ini Orang Bayan membaginya menjadi dua,yaitu Gawe Urip, yaitu upacara-upacara terkait kehidupan seseorang, misalnya perkawinan, kehamilan, kelahiran, buang awu (memberi nama bayi), Ggurisang (potong rambut) hingga nyunatan (khitan); dan, Gawe Mati, yaitu upacara-upacara terkait dengan kematian, mulai hari 'H' meninggalnya si mati hingga rangkaian upacara lanjutannya, hingga ton-tonan (peringatan ulang tahun kematian). Dalam kategori kedua ini upacara besarnya disebut gawe beleq, yang bisa berupa perkawinan atau khitanan.

Disebut demikian, artinya upacara besar, karena seringkali rangkaian hari 'H' upacara ini bisa berlangsung sampai sekitar seminggunon-stop.Setiap hari sekurang-kurangnya seekor kerbau atau sapi dipotong untuk masakan menjamu para tetamu, lain lagi hitungan kambing dan domba yang ikut disembelih guna memeriahkan perhelatan.

Pekan apresiasi budaya ini sebagai bentuk motivasi terhadap masyarakat, sekaligus memberikan pemahaman kepada generasi muda agar mengetahui adat serta budaya di lombok utara dan dapat melestarikannya di masa depan.
Pada kesempatan ini, Bupati Lombok Utara menyampaikan

“Kita ingin memperkenalkan kebudayaan kita di KLU agar generasi penerus kita mengetahui dan bisa melestarikanya,” ungkapnya.

Ia mengatakan," Dengan melihat perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, pihaknya khawatir bahwa warisan adat dan budaya yang sudah ada saat ini akan hilang". Maka pemerintah terus memperkenalkan adat dan kebudayaan KLU kepada kaum milenial.

“Kami berharap dengan terselenggaranya pekan apresiasi budaya ini bisa mempertahankan adat dan budaya kita agar tidak tergerus oleh perkembangan teknologi,” tandasnya.

Dicontohkan oleh Bupati Djohan Sjamsu, terkait adat dan budaya berpakaian adat dan yang merupakan budaya turun temurun selama tidak bertentangan dengan ketentuan agama dan keyakinan yang di atur seperti Mentenden (pakaian setengah badan) oleh orang tua kita terdahulu, ucap Bupati Lombok Utara H Djohan Sjamsu pada acara Konferensi Pers Rabu 11 September 2024.

Budaya yang terdapat di Lombok Utara itu sendiri seperti : budaya yang beragama, budaya dalam pertanian,
 budaya dalam kesenian dan budaya yang lainnya lainnya yang terdapat, contohnya di desa Bayan yang memiliki unsur dan perkembangan budaya yang tidak kalah terkenal dengan budaya daerah lainnya, yang
dapat mendatangkan wisatawan lokal, maupun wisatawan mancanegara.

Desa Bayan misalkan mempunyai tempat pariwisata yang indah, Air Terjun Sindang Gile atau yang sering di sebut oleh orang lokal sebagai Batu Ko' (batu kerbau).


Terselenggaranya pekan apresiasi budaya ini sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kebudayaan Lombok Utara, dan “Ini menjadi agenda tahunan dan merupakan agenda rutin kita,” ucapnya.
Pekan apresiasi budaya ini sebagai bentuk motivasi terhadap masyarakat, sekaligus memberikan pemahaman kepada generasi muda agar mengetahui adat serta budaya di lombok utara dan dapat melestarikannya di masa depan.

Sisi lain di sampaikan juga perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, pihaknya khawatir bahwa warisan adat dan budaya yang sudah ada saat ini akan hilang. Maka pemerintah terus memperkenalkan adat dan kebudayaan KLU kepada kaum milenial.

Sementara itu, Kepala Dikbudpora KLU Adnan,S.Pd,M.Pd, menjelaskan, kegiatan pekan apresisi budaya akan dilaksanakan pada hari ini, rabu 11 September sampai dengan tanggal 13 September dan merupakan penghargaan yang bertujuan memberikan motivasi kepada karya seniman dan budayawan, jelasnya.

Jegiatan apresiasi budaya tahun 2024 akan diikuti oleh semua kecamatan dan masing-masing kecamatan akan menampilkan tema sesuai dengan budaya setempat.

“Kami terima info tadi malam, insyaAllah akan lebih ramai dari 2019. Mudah-mudahan kegiatan ini memberikan yang terbaik kepada masyarakat Lombok Utara,” tuturnya.


Sementara, Kabid Kebudayaan Dikbudpora, Masrik menambahkan, bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pekan apresiasi budaya ini diantaranya, pentas malam (hiburan masyarakat), pentas kebudayaan, festival gendang belek dan dialog kebudayaaan. Sedangkan untuk dialog kebudayaan dengan para tokoh adat dan seniman kita akan gelar pada hari terakhir,” tutupnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Lombok Utara, H.Djohan Samsu, SH., Kadis Dikbudpora H. Adnan, Kabid Kebudayaan Masrik, Para Pewarta dan undangan lainnya. (@ng)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close