![]() |
Anasrullah Kepala Desa Kokarlian Kecamatan Poto Tano. Foto Istimewa/Amry Sanjaya Rayes/postkotantb.com |
Sumbawa Barat (postkotantb.com) -
Pemerintah Desa Kokarlian, Kabupaten Sumbawa Barat bersama 18 Kelompok Tani , mengeluhkan harga jagung saat panen raya anjlok dibawah harga yang ditetapkan oleh Presiden yaitu Rp 5.500/Kg, sedangkan harga dibeli oleh tengkulak saat penen hanya Rp. 280.000/ kwintal.
"Para petani menjerit akibat harga jagung anjlok. Harga Pokok Penjualan (HPP) yang sudah ditentukan pemerintah seharga Rp 5.500, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan "kata Anasrullah Kepala Desa Kokarlian kepada media pada Kamis (10/04/2024).
Kepala Desa sangat berharap, meskipun tidak bisa mengikuti ketentuan harga yang sudah ditetapkan pemerintah pusat, paling tidak pemerintah daerah dan Bulog bisa membeli jagung petani tidak terlalu jauh dari HPP.
“Kami minta pemerintah daerah terlibat langsung dalam memberikan solusi dan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya petani jagung, supaya petani memiliki pemahaman soal regulasi. Terlebih di Desa Kokarlian mayoritas petani jagung dengan total lahan yang ada sekitar 1.100 lebih hektare,“ ujarnya.
Jika pemerintah tidak terlibat, lanjutnya, maka harga jagung akan dibeli oleh tengkulak atau pengepul dengan harga dibawah HPP. Seperti yang terjadi saat ini, harga yang ditawarkan, jauh di bawah harga yang dijanjikan pemerintah.
“Saat ini harga yang ditawarkan oleh tengkulak adalah Rp 280.000/ kwintal saat panen, kalau jagung kering dihargai Rp 420.000/ kwintal, sehingga sampai saat ini hasil panen jagung petani masih belum mau dijual. Hal itu tentu berdampak pada perekonomian warga Desa Kokarlian,“ ungkapnya.
Masih kata Kepala Desa, dengan harga beli yang ditetapkan oleh tengkulak, tidak bisa menutupi biaya operasional sejak tanam hingga panen, untuk itu Kepala Desa meminta pihak terkait untuk dapat memberikan solusi kepada petani " saya selaku kepala desa sangat mendukung program pemetintah dalam menguatkan ketahanan pangan, namun jangan hanya kami dijanjikan dengan HPP yang tinggi, ternyata di lapangan tidak sesuai harapan." Gumamnya kesal.
“Kami merasa bertanggungjawab kepada petani, karena bagaimanapun kami menekankan petani untuk meningkatkan angka produksi. Untuk bisa menjual jagung sesuai HPP, namun harga tidak sesuai dengan yang diharapkan." Tandas Kades. (Amry)
Pewarta : Amry Sanjaya Rayes
0 Komentar