![]() |
Logo Fornas VIII NTB Tahun 2025. |
Mataram (postkotantb.com)- Manisnya Euforia Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII NTB tahun 2025, ternyata tidak dirasakan pelaku pedagang kaki lima yang membuka lapak di sekitar venue GOR Mataram
Ogi misalnya. Pria penjual Jersey berlabel FORNAS VIII NTB tahun 2025 mengaku gigit jari. Bahkan memasuki hari keempat festival bertaraf nasional itu, lapaknya sepi dari pembeli. Padahal sebelumnya dia berharap dengan banyaknya atlet luar daerah, Jersey yang dijajalkan laris manis.
Sehingga saat pulangnya nanti, ia dapat membawa hasil jualannya untuk diberikan ke keluarga. "Ini di luar ekspektasi kita. Daya beli peserta kurang," keluh Ogi, Senin (28/07/2025), sembari mengusap keringat dikeningnya.
Kondisi ini, menurutnya, tidak seperti gelaran FORNAS di Bandung dua tahun lalu yang peminatnya lumayan ramai. Padahal untuk Jersey pada festival tahun ini, dirinya sudah menyiapkan sekitar 500 potong.
"Kalau dua tahun lalu FORNAS di Bandung, itu masih lumayan ramai. Tapi sekarang hampir rata-rata pedagang mengeluh," ujarnya.
Keluhan senada disampaikan pedagang Jersey lainnya, Fernando. Selama berjalannya FORNAS VIII, ia hanya mampu menjual maksimal 15 potong. Itu belum termasuk imbas potongan harga, karena nilai beli terpaksa diturunkan.
Ia menilai, kondisi ini disebabkan jumlah venue tersebar di banyak lokasi dan jarak masing-masing venue cukup jauh, tidak seperti di Bandung yang venue pertandingan hanya tersentral di tiga titik lokasi. Sehingga minat belanja masyarakat, khususnya para atlet dari luar daerah menurun.
“Kalau di Bandung dulu beda. Waktu itu ramai karena venue terpusat hanya di tiga titik. Kalau sekarang ini terlalu menyebar dan berjauhan," kata Fernando.
Penyebaran venue pertandingan yang tersebar di banyak titik dinilai menjadi faktor utama peserta tidak berkumpul dalam satu lokasi, sehingga potensi belanja di area PKL berkurang drastis.
Ke depannya ia berharap, pihak panitia bisa menempatkan lapak mereka di lokasi yang lebih strategis dan mempertimbangkan kembali penyebaran venue pertandingan.
Hal ini mengingat nilai anggaran yang dimanfaatkan untuk festival tersebut sangat besar, dan tentunya masyarakat berharap, dampak ekonomi dari event nasional bisa lebih merata dirasakan.
Di satu sisi, berkah justru dirasakan para pedagang asongan yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Asongan (APA) NTB dalam event FORNAS VIII NTB ini.
Sekretaris Jenderal APA NTB, Harianto menyampaikan bahwa pihaknya telah menempatkan sebanyak 38 pedagang asongan di berbagai titik strategis penyelenggaraan FORNAS, baik di Kota Mataram maupun Kabupaten Lombok Tengah.
“Penempatan pedagang kami berada di beberapa titik, di antaranya Asrama Haji, Universitas Mataram (Unram), eks Bandara Selaparang, dan Kantor DPRD Provinsi NTB. Alhamdulillah semuanya untung besar," katanya dengan senyum merekah.
Adapun produk-produk yang ditawarkan beragam. Mulai dari jajanan khas NTB, makanan siap saji, minuman tradisional, hingga souvenir seperti tas, kain songket dan mutiara. Antusiasme pengunjung terlihat tinggi sejak hari pertama.
“Souvenir seperti tas dan mutiara diserbu oleh peserta dan penonton sejak pagi hingga sore. Beberapa hari ini, peningkatan penjualan pedagang asongan sangat luar biasa. Kalo dirata-rata, anggota kami dapat omzet Rp 3 juta perhari,” bebernya.
Untuk menjaga ketertiban dan kebersihan, APA NTB juga menunjuk tiga koordinator di setiap titik.
Harianto menegaskan bahwa seluruh pedagang tetap diminta untuk menjaga kebersihan dan estetika area berdagang.
Salah satu pedagang, Hayatun Nufus, yang membuka lapak di halaman Kantor DPRD Provinsi NTB, mengaku sangat merasakan dampak positif dari penyelenggaraan FORNAS. Ia menjual berbagai makanan ringan seperti nasi bungkus, gorengan, cilok, dan minuman seperti kopi, teh, serta jus.
“Setiap hari ramai, luar biasa ramai. Kalau kemarin lebih banyak pemain, hari ini pengunjung dan penonton juga ramai sekali. Cilok paling laris, dari pagi terus habis dan dimasak ulang,” katanya antusias. (Kadri)
Pewarta: Kadri Ramdani.
0 Komentar