Breaking News

Bedah Buku: Akulah Istri Teroris


Mataram (postkotantb.com)- Gerakan Indonesia Membaca bekerjasama dengan UNU NTB menyelenggarakan Bedah Buku/Novel karangan Abidah Elhalieqy.Kegiatan ini bertempat di aula UNU NTB, Kamis  (24/5).

Baiq mulianah S.PdI, M.Pd ( Rektor UNU NTB) menyambut baik terselenggaranya kegiatan ini, mengingat maraknya aksi terorisme yang terjadi selama ini.

Rektor Universitas  Bq Mulianah, S.PDi, M.Pd  berharap dengan terselenggaranya kegiatan ini dapat menjadi salah satu upaya dalam menangkal faham radikalisme yang dapat menghancurkan Negara ini. Isi dari Novel ini selaras dengan apa yang diperjuangkan oleh Nahdlatul Ulama selama ini, sesuai dengan prinsip Mabadi khairu Ummah yakni Prinsip, assidqu (kejujuran, transparansi, akuntabilitas), tasmmuh (toleransi), tawazzun (keseimbangan) dan adalah (keadilan).

Narasumber Kegiatan ini adalah Prof.Dr.TGH. Masnun, MA, (Rais Suriah PWNU/WR III UIN Mataram), Bapak Kombes Pol. Drs. Tajudin, MH (Wakapolda NTB) dan Narasumber utama adalah Abidah El Khalieqy (Penulis Novel Akulah istri Teroris).

Kegiatan yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan Masyarakat Umum  ini berlangsung menarik lantaran gaya pembicara utamanya, Abid alhaky  sangat luwes saat menguraikan isi buku.

Diawal pemaparan penulis, Abidah El Khalieqy  menceritakan proses produksi Novel ini, ia menceritakan saat pertama kali ditunjuk oleh Kapolri untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai konsep jihad kepada kelompok masyarakat   yang terindikasi  memiliki pemahaman radikal, ia juga menuturkan saat pertama kali melakukan wawancara dengan  para istri terduga teroris di kampung janda yang berjarak sekitarnya 6 km dari kota Poso.

Selanjutnya Abidah El Khalieqy mengatakan, Kenapa dirinya  yang ditunjuk untuk menulis novel, karena ialah yang dianggap tepat dilihat dari sisi, pemahaman agama, pengalaman dalam dunia sastra dan juga dari perspektif gender. media yang tepat adalah menggunakan novel. " Novel ini bersifat Fiksi ilmiah karena bersumber dari fakta empiris yang terjadi di Indonesia," ungkapnya.

Wakapolda,  NTB, Kombes Pol Drs Tajudin MH mengungkapkan, secara sederhana bagaimana konsep teror yang sebenarnya. Teror merupakan tindakan yang dilakukan untuk menakut-nakuti orang lain.

 "Ciri seseorang yang dapat berbuat radikal dan terror salah satunya adalah suka menyendiri atau menjauh dari pergaulan sosial. Namun yang patut disayangkan adalah, labelisasi teroris nyaris selalu dilekatkan pada agama tertentu, yang ini tentu saja tidak fair," kata Wakapolda NTB.

Lebih jauh Kombes Pol Tajudin  menambahkan kondisi Negara Indonesia saat ini sangatlah berbeda, hal ini terlihat pada terjadinya penurunan wawasan kebangsaan generasi muda. "Di samping itu, terdapat sekelompok masyarakat yang tidak mau menerima perbedaan, memiliki rasa egoisme yang tinggi dan merasa kelompoknyalah yang  paling benar," ujarnya.

Menyinggung terkait Rancangan  UU Terorisme, Wakapolda  menyatakan bahwa RUU terorisme ini perlu untuk segera disahkan karena terorisme harus dikawal dari hulu bukan dari hilir dan tentunya yang akan diberantas adalah para pelaku pelanggar hukum.
"kinerja kepolisian selama ini sama seperti pemadam kebakaran bertindak setelah kebakaran terjadi, kedua hal ini tidak bisa disamakan, tindakan teror apapun bentuknya harus dicegah  sedini mungkin" jelasnya.

Saat pemerintah suatu negara bertindak represif, menciptakan ketidak-adilan pada masyarakat muslim dan banyak tersebar fitnah, maka seharusnya kita bertindak, demi mewujudkan ketertiban bersama.



Sementara Prof. Dr. TGH. Masnun, MA menjelaskan  bahwa ia telah lama mengikuti karya yang ditulis oleh Abidah Elhalieky semenjak masih studi di Yogyakarta, bahkan mereka merupakan satu alumni di UIN SUKA Yogyakarta.

Prof. Masnun melihat dari sudut pandang keilmuannya yakni Hukum Keluarga,  yang mana seorang perempuan bisa menjadi istri teroris adalah sebuah pilihan. "Bisa jadi karena kurangnya pemahaman dlm ilmu agama, faktor ekonomi dan beberapa faktor lainnya," sambung Prof Mahsun.

Ditambahkan oleh Prof Mahsun bahwa seorang istri teroris belum tentu langsung ikut menjadi teroris, walaupun dalam kaidah agama disebutkan bahwa perempuan adalah pasangan & mitra dari laki-laki.  "namun kaidah ini tidak boleh dimaknai secara teks saja, namun harus dilihat secara konteks dan dari sudut pandang yang lebih luas," pungkasnya. (Eka)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close