Diundang ICMI TGB paparkan konsep ekonomi keumatan |
Mataram (postkotantb.com)- Gubernur
NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang juga Wakil Ketua Dewan Pakar Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) diundangKetua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie
dalam diskusi bertajuk Ekonomi Pasar Pancasila dan Pemberdayaan Ekonomi Umat di
Kantor Pusat Kegiatan ICMI, Jakarta (11/7). Diskusi juga dihadiri Wakil Ketua
Dewan Penasehat ICMI Soetrisno Bachir, Anggota Dewan Pakar ICMI Muhammad Syafii
Antonio.
Ketua Umum ICMI, Jimly
Asshiddiqie mengundang gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) ini,
agar bisa menjelaskan aplikasi ekonomi pasar yang berbasis pancasila dan
pemberdayaan ekonomi umat yang telah diterapkan di NTB. "Kita tidak hanya
mengundang praktisi dan akademisi. Tetapi juga Kepala Daerah yang langsung
menerapkan konsep ekonomi pasar pancasila dan pemberdayaan ekonomi umat melalui
kebijakan-kebijakannya di daerah," jelas Jimly.
Memulai paparannya, gubernur
mengatakan prinsip pancasila selaras dengan tuntutan islam. Dalam sudut pandang
ekonomi juga tidak hanya menghadirkan kemakmuran namun juga keadilan.
"Rasulullah Shalallahu'alaihiwasalam ada tiga hal manusia tidak boleh
mendominasi atau monopoli, yaitu sumber daya air, pangan, dan energi. Arti dari
ungkapan rasul ini mengemukakan semangat pada titik tertentu pemerintah harus
ikut turut campur dalam proses ekonomi, tidak boleh terlalu bebas", jelas
TGB.
TGB mengatakan, prinsip Rasul
itu diterapkan di NTB dengan membuat kebijakan di daerah melindungi masyarakat
NTB. Pemerintah Provinsi NTB di bawah kepemimpinan TGB berusaha terus
meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat. "Tahun 2017 pertumbuhan
ekonomi tanpa tambang sebesar 7,1%, tertinggi ketiga di nasional. Kenapa
tambang kami keluarkan? Karena kami ingin mengukur aktifitas ekonomi yang lebih
real. Sektor tambang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas tersebut
dan kebijakan internal perusahaan tambang tersebut", jelas TGB.
Penurunan kemiskinan di NTB,
lanjut TGB, turun 1,01% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Rasio gini bisa dikendalikan dibawah angka nasional, 0,36%. "Di NTB selama
10 tahun terakhir terjadi pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kenapa ini bisa
terjadi? Karena kami mencoba untuk fokus. Tidak hanya fokus dalam jangka
pendek, tetapi berusaha untuk sustainable. Kami coba untuk mendorong hilirisasi
dan industriliasi. Pengolahan jagung dan rumput laut sudah semakin berkembang.
Pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang kami dorong. Kami bekerja
sungguh-sungguh agar Islam bisa menjadi nafas yang positif bagi pariwisata.
Tahun 2017 sudah 3,5 juta wisatawan datang ke NTB", jelas TGB.(RZ)
0 Komentar