Mataram (postkotantb.com)- Hari Santri
tanggal 22 Oktober 2018, memiliki tagline "Bersama Santri Damailah
Negeri". Caleg Nomor Urut 1 Partai Gerindra dari Dapil NTB-2/P. Lombok, H.
Bambang Kristiono (HBK) menilai, hari santri ini momentum bagi para santri
mengabdi untuk negeri.
"Tidak hanya pintar ngaji, tapi juga harus mengerti
soal padi. Urusan pangan yang menjadi hajat hidup orang banyak, harus dipahami
oleh para santri", katanya di Mataram, Selasa (23/10).
Dikatakan HBK, Pulau Lombok selain dikenal sebagai pulau
seribu Masjid, juga dikenal sebagai pulau seribu Pondok pesantren (Ponpes). Di
berbagai penjuru di Pulau Lombok, selalu ada Ponpes. "Barangkali ada jutaan santri di Pulau Lombok
ini," sambungnya.
Pria yang juga Ketua Badan Pengawas dan Disiplin (BPD)
Partai Gerindra ini mengungkapkan, tidak hanya dalam urusan agama saja,
sekarang ini sudah saatnya para santri terlibat aktif dalam urusan keumatan.
Diantaranya dengan melibatkan diri dalam urusan pangan.
"Ya, mulailah terlibat dalam urusan pangan. Pahami
padi, jagung, ubi, kedelai dan banyak lagi," terangnya.
Suami Hj. Dian Bambang ini melanjutkan, komitmen tentang
kepedulian pangan sudah dilakukan oleh ormas terbesar Nahdlatul Ulama (NU)
dengan terlibat dalam gerakan reforma agraria. Selanjutnya, tinggal Ponpes
menyusun konsep melibatkan santri dalam urusan pangan.
"Iya dong, kalau di tingkat daerah peran Ponpes ini
sangat penting dalam mendorong santri aktif mengurus dunia pertanian,"
ucapnya.
HBK mengambil contoh, gerakan membentuk santri peduli
pertanian seperti dilakukan Ponpes Miftahul Huda di Tasikmalaya. Ada pelatihan
dan pendampingan kepada para santri yang mondok di pesantren tersebut.
Tujuannya agar para santri bisa mandiri dan menjadi narasumber utama bagi
masyarakat dalam mengembangkan pertanian.
"Nah, Ponpes-ponpes di Lombok harus mulai memberikan
pelatihan santri-santrinya tentang pertanian," beber HBK.
Ditambahkan, pembekalan agama yang diberikan di Ponpes,
akan kian kuat manakala santri paham dunia pertanian. Santri yang dikenal
mandiri dan tahan banting, dibutuhkan kehadirannya di tengah masyarakat Pulau
Lombok yang sebagian besar adalah petani. Santri yang sudah paham seluk beluk
dunia pertanian, bisa mengajak masyarakat Pulau Lombok untuk membangun
kedaulatan pangan.
"Kalau santri yang mengatakan sesuatu di umat itu
pasti di dengar," tandasnya. (Eka)
0 Komentar