Breaking News

Waspadai Leptospirosis, Kencing Tikus Mematikan Yang Terbawa Banjir

Waspadai penyakit kencing tikus atau Leptospirosis saat terjadi banjir
Mataram (postkotantb.com)- Cuaca ekstrim berupa curah hujan lebat  yang terjadi saat ini menyebabkan banjir di sejumlah daerah. Selain mewaspadai  ketinggian air, masyarakat juga harus mewaspadai satu penyakit yang di sebabkan oleh urine (kencing) tikus yang terbawa arus banjir.

Penyakit tersebut adalah Leptospirosis yakni penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Penyakit infeksi bakteri ini banyak terjadi di daerah yang terkena banjir.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi menjelaskan, penyakit Leptospirosis kerap terjadi pada saat banjir. Bila tidak di tangani dengan benar mengakibatkan kerusakan hati bahkan kematian.

"Sangat penting di berikan penanganan serius bagi pasien terkena leptospirosis karena bisa merusak ginjal, hati bahkan menyebabkan kematian," jelas Kadis Kesehatan NTB.

dr. Nurhandini menjelaskan penyebab Leptospirosis adalah bakteri Leptospira. Seseorang dapat terinfeksi bakteri jika mata, mulut, hidung, ataupun luka terbuka pada kulit bersinggungan dengan urine, darah, ataupun jaringan dari binatang yang membawa bakteri melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh bakteri Lepstospira.

Bakteri Leptospira dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, kulit yang lunak karena air, selaput lendir (lapisan lembap dan tipis dari banyak bagian tubuh, seperti hidung, mulut, tenggorokan, dan alat kelamin) ataupun dengan menelan atau menghirup air yang terkontaminasi. Sementara penularan dari orang ke orang sampai saat ini belum pernah terjadi.

Dokter spesialis anak ini menjelaskan seorang yang terkena Lepstospirosis bisa jadi tidak menunjukan gejala terpapar bakteri Lepstospira. Bisa saja gejala baru muncul setelah pengidap melewati masa inkubasi sekitar 10 hari, dengan ciri-ciri demam tinggi hingga menggigil. Nyeri kepala, nyeri otot khususnya di daerah betis. Sakit tenggorokan disertai batuk kering. Mata merah dan kulit menguning. Mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.

"Bisa jadi tidak mengalami gejala seperti demam tinggi, batuk kering, sakit otot dan kepala hingga muntah muntah, biasanya ada masa inkubasi selama 10 hari," jelas dr. Nurhandini Eka Dewi.

Untuk mengetahui secara pasti seorang mengidap Leptospirosis di butuhkan diagnosa melalui gejala, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Selain itu, beberapa tes penunjang juga dapat dilakukan untuk membantu memastikan diagnosis leptospirosis dan mengetahui tingkat keparahan yang dialami pengidap. 

Tes penunjang tersebut, diantaranya tes urine, untuk melihat keberadaan bakteri Leptospira dalam urine. Tes darah, untuk melihat adanya bakteri dalam aliran darah, dan antibodi dalam tubuh. Pemeriksaan fungsi ginjal, untuk melihat kondisi ginjal dan infeksi bakteri ini pada ginjal. Pemeriksaan fungsi hati foto Rontgen paru, untuk melihat apakah infeksi sudah menyebar hingga ke organ paru-paru.

Agar terhindar dari leptospirosis, bersihkanlah sekeliling rumah sebelum banjir melanda. Jangan sampai ada ruang untuk tikus tinggal dan beranak pinak. Karena, tikus merupakan salah satu hewan yang menjadi media penyebaran kuman.

Sebisa mungkin jauhkan diri dari air banjir ketika banjir terjadi. Apalagi jika ada bagian tubuh yang sedang terluka, kuman dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk memusnahkan kuman, yakni antibiotik dari golongan penicillin, streptomycin, chloramphenicol, dan erythromycin.(RZ)

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close