![]() |
Inilah salah satu lahan yang dimanfaatkan untuk penanaman Tomat |
Lombok Utara (postkotantb.com) - Merebaknya Virus Korona di Kabupaten Lombok Utara (KLU), khususnya di Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, nyaris meluluh lantakkan sendi perekonomian masyarakat. Kondisi ini memunculkan berbagai dinamika persoalan di tengah masyarakat.
Salah satunya, ancaman keamanan dan ketertiban masyarakat (khamtibmas). Karena, sebagian di kabupaten ini kehilangan mata pencaharian. Kini, masyarakat di desa tersebut tak perlu khawatir. Sebab, pemdes setempat bersama TNI Polri tengah melakukan gebrakan, melalui program pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan produktif.
Menurut rencana, lahan itu akan dimanfaatkan untuk tanaman holtikultura. Luas lahan yang akan dimanfaatkan, yakni 50 Hektare.
"Program ini akan dijadikan sebagai instrumen ketahanan pangan pada Lomba Kampung sehat yang mulai dihelat awal bulan ini oleh Polda NTB," unkap Penjabat (Pj) Kepala Desa Sokong, I Nengah Suarjana, SP., saat acara panen Tomat Kelompok Berkah Bersama Di dusun Lendang Galuh, Senin (15/03).
Menurutnya, implementasi ketahanan pangan sebagai langkah alternatif agar masyarakat kembali memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam. Diakui dia, gebrakan dimulai dari Desa Sokong. Yakni memanfaatkan lahan pertanian dan perkebunan dengan luas sekitar 1,3 dari 5 Hektare.
"Lahan tidur kami tanami dengan tanaman Holtikultura jenis Tomat Servo dan Cabai Rawit. Alhamdulillah, kini sudah kita panen dan untuk 5 hari ke depan cabai juga akan di panen," bebernya.
Sebaliknya, tahun ini pemdes setempat akan mengangktifkan kembali mesin bor dan menambah pemasangan jaringan pipa ke lahan pertanian milik warga dan menyisir puluhan Hektar Lahan yang yang akan difungsikan. Mesin bor ini sebagai infrastruktur penunjang tanaman Holtikultura.
"Kami sudah diskusikan dengan anggota DPR juga dan ditanggapi positif. Tahun ini Insa Allah mulai kami programkan," imbuhnya.
Terpisah, petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Desa Sokong Dody Cahyanto menuturkan, minat masyarakat bercocok tanam holtikultura masih minim. Namun pelan tapi pasti menset masayarakat kini sudah mulai tertarik dan mencoba berinovasi ke tanaman Holti.
"Hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan lahan tidur seluas 1,3 hektar dengan tanaman cabai, tomat dan melon," tuturnya.
Berdasarkan data yang ada lanjut dia, luas lahan persawahan produktif mencapai 153 hektar dan kini sebagiannya beralih fungsi. semisal pada lahan pertanian jenis padi. Setiap tahun, panen produksi per hektar, daoat menghasilkan sebanyak 918 ton atau 6 ton di setiap hektar lahan.
Hasilnya kemudian diolah oleh kelompok Lumbung Tani Desa Sokong. Mulai dari panen, penjemuran, penggilingan hingga pengepakan. "Masyarakat kini mulai mengelola hasil padi mereka, mulai dari panen, penjemuran hingga pengepakan. Kita berharap nantinya ada akses pasar yang lebih menjamin stabilitas harga," jelasnya.
Sementara itu, Bhabinsa Desa Sokong, Sertu Abdurrahman Daeng menjelaskan, kemandirian warga atas ketahanan pangan ini tidak lepas atas pendamping yang selama ini dilakukan.
Dia bersama Pemdes hanya sebatas mendorong warga agar memanfaatkan lahan dan pekarangan mereka. Perihal ketersediaan bibit sendiri, selain warga yang mengadakan secara Swadaya, pihaknya bersama PPL, berupaya memfasilitasi warga ke dinas terkait.
"Ini upaya kami guna mencegah menjamurnya penyetokan oleh pengepul. Ketahanan Pangan adalah tugas TNI dan saat ini kami bersama Pemdes Sokong dan PPL mendorong warga untuk memaksimalkan lahan dan pekarangan mereka, tidak hanya Holti juga tanaman buah seperti kelengkeng, anggur, dan melon ditanam," tegasnya.
Senada disampaikan Bhabinkamtibmas, Bripka Kurniawan. Kata dia, kendati kondisi daerah masih di tengah pandemi, warga Sokong mampu konsistensi dalam menjaga keamanan dan ketertiban dengan cara bercocok tanam.
Soal pelaksanaan protokol kesehatan, masyarakat di desa tersebut tetap taat dan senantiasa mempraktekan 5 M, sebagai bagian dari komitmen bersama.
"Sadar tidak sadar macetnya pariwisata akibat pandemi covid menimbulkan banyak PHK sehingga resistensi terhadap gangguan Khambtibmas ada. Namun tetap terkendali. Karena intensitas pendampingan tiga pilar yaitu Pemerintah bersama TNI- Polri ke masyarakat yang tinggi," tandasnya.(SFM)
0 Komentar