Breaking News

Dinikmati Hasilnya, BKSDA NTB Bangga Atas Perjuangan Tunak Besopok


Dari rangkaian SeaBRnet 2021, Di Pusatkan di TWA Gunung Tunak Mertak

LOTENG, (postkotantb.com)- Pelaksanaan South East Asia Biosfer Reserve Network (SeaBRnet) atau pertemuan tahunan Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara ke-13. Dipusatkan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah (Loteng).

Terpilihnya TWK Gunung Tunak dengan luas kawasan 1.297,2 Ha, ternyata sudah masuk sebagai salah satu cagar biosfer dunia.

"Dipilihnya kawasan gunung Tunak sebagai lokasi acara tahunan tingkat internasional ini, itu merupakan buah hasil dari kelompok pencinta alam, tunak besopok Desa Mertak Kecamatan Pujut Loteng, yang telah sukses mengubah kawasan hutan yang kurang tertata menjadi idolanya dunia," kata Joko Siswanto Kepala BKSDA NTB saat acara pertemuan tahunan Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara ke-13, Rabu (17/11) kemarin.

Pihaknya mengatakan demikian, sebab tanpa hasil perjuangan dari rekan rekan yang tergabung dalam Tunak Besopok, keberadaan gunung Tunak, yang kurang terawat menjadi, suatu keindahan yang memantik perhatian dunia, sehingga gelaran sekali setahun di pusatkan di gunung Tunak.

Dikatakan, melirik Sejarah kelompok ini, yang awalnya berjumlah 30 orang, kini sudah bertambah menjadi 92 orang. 

Atas keberhasilannya, tahun 2015 pengelolaan kawasan gunung Tunak, menjalin kerjasama dengan Negara Korea dan insyaallah kerjasama tersebut akan terus dilakukan, dalam rangka melestarikan TWK Gunung Tunak, lebihnya lagi keberadaan TWK Gunung Tunak sudah didukung dengan adanya sirkuit Mandalika di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sehingga kedepannya, Gunung Tunak memiliki potensi besar sebagai magnet dunia.

Selanjutnya, akses sinyal yang sampai saat ini masih of di sekitar Gunung Tunak, kedepan akan diupayakan untuk bisa terakses, sehingga nantinya itu bisa mendukung daya tarik dunia luar masuk ke Kawasan Gunung Tunak.

"Sekarang kita sedang berada di zaman teknologi, untuk mendukung kemajuan gunung Tunak ini, kita akan upayakan sinyal sudah bisa terakses," janjinya.

Jika sudah maju lanjutnya, tentunya ini nantinya mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

Dikatakan, kawasan konservasi BKSDA NTB yang menjadi bagian dari Cagar Biosfer Rinjani Lombok adalah TWA Kerandangan, TWA Suranadi, TWA Pelangan, TWA Bangko-Bangko, TWA Tanjung Tampa dan TWA Gunung Tunak. Sedangkan yang masuk ke dalam Cagar Biosfer Saleh Moyo Tambora ialah TWAL Pulau Moyo, Taman Buru Pulau Moyo dan TWA Pulau Satonda.

Sedangkan untuk TWA Gunung Tunak sendiri, merupakan core area dari Cagar Biosfer Rinjani Lombok dan merupakan salah satu dari 18 Kawasan konservasi BKSDA NTB.  11 dari 18 kawasan konservasi yang dikelola BKSDA NTB berstatus taman wisata alam.

“Di sini, praktek pemanfaatan jasa ekosistem dan pemberdayaan masyarakat di TWA Gunung Tunak, sudah berjalan bapak ibu. Pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam berupa pemberian Izin Usaha Sarana Pariwisata Alam, sebanyak 4 izin kita keluarkan dan untuk Izin Usaha Jasa Wisata Alam ada 2 izin,” jelasnya

Sementara itu Direktur Korea Indonesia Forest Coorporation Center (KIFC) Danu Kusuma mengatakan, sebagai mitra dalam pengembangan TWA Gunung Tunak, pihaknya juga sangat berterimakasih kepada pada pelaksana kegiatan konferensi tahunan SeaBRnet di Lombok yang telah memilih TWA Gunung Tunak sebagai salah satu lokasi kunjungan lapangan bersama dengan 2 lokasi lainnya di Taman Nasional Rinjani Lombok.

Selanjutnya, sesuai dengan tema SeaBRnet tahun ini yakni “Jasa Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pengelolaan Cagar Biosfer Berkelanjutan,” TWA Gunung Tunak sebagai bagian dari Cagar Biosfer Rinjani Lombok, merupakan model nasional dalam pengembangan berkelanjutan kawasan hutan berbasis masyarakat. Khususnya dalam ekowisata.

Pengembangan ekowisata TWA Gunung Tunak sendiri merupakan proyek kerjasama bilateral antara Pemerintah Republik Korea dan Republik Indonesia di bidang pengembangan ekowisata yang difasilitasi oleh KIFC. Ekowisata Tunak mulai dikembangkan sejak tahun 2015 hingga akhirnya diresmikan pada Maret 2018 lalu.

Pemerintah Korea melalui KIFC,  memberikan dukungan dalam pembangunan sarana dan prasarana ekowisata seperti, guest houses, visitor center, restaurant, multipurpose building, dan butterfly learning center, serta dukungan dalam peningkatan SDM lokal melalui capacity building dan comparative study ekowisata ke Korea.

Dalam pelaksanaannya, kata Uus sapaan akrabnya, TWA Gunung Tunak dibina dan disupervisi langsung oleh KLHK melalui BKSDA NTB. Sehingga saat ini, TWA Tunak bisa menjadi model nasional dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang ada di Indonesia.

“Kami juga sampaikan bahwa KIFC sendiri merupakan organisasi yang dibentuk oleh KLHK dan Korea Forest Service (KFS) dengan tugas utama untuk memperkuat dan memfasilitasi Kerjasama kehutanan antara kedua negara,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng, H Lendek Jayadi juga menyampaikan, bahwa NTB ini memiliki banyak TWA yang indah dan potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata seperti TWA Gunung Tunak ini. Mulai dari ujung timur, barat hingga selatannya di kaki Gunung Rinjani. Secara perlahan, potensi itu akan mampu berkembang dengan kerjasama yang baik dengan masyarakat.

Lendek pun mengajak masyarakat menjaga SDA yang dimiliki untuk generasi masa yang akan datang. Sebab, menurutnya dunia wisata ini menjadi salah satu kekayaan alam yang bisa menjadi alat pemersatu bangsa. Tentu, dengan memperkuat kearifan lokal, budaya, adat istiadat dan melibatkan masyarakat dalam pengembangannya.

“Apa yang kita miliki ini, ayo kita jaga bersama dan saya yakin TWA Gunung Tunak akan menjadi destinasi wisata andalan Lombok Tengah ke depan. Terimakasih BKSDA NTB, mas Uus dari KIFC yang telah membantu kami pemerintah Indonesia dan daerah untuk mempermak TWA Gunung Tunak menjadi seperti ini,” ucapnya.

Ketua pelopor Tunak Besopok Desa Mertak Kecamatan Pujut Loteng Lalu Rate Wijaya menjelaskan Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan salah satu kawasan konservasi yang memerlukan rencana pengelolaan yang efektif dan efesien sehingga tujuan dari pengelolaan kawasan tersebut dapat tercapai secara optimal. 

Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Mertak secara hukum telah ditetapkan status fungsingnya sebagai Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.439/Kpts-ll/1997, tanggal 4 Agustus 1997 seluas 312,02 hektar dan mendapatkan perluasan 624 hektar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 52/Kpts-!!/1998, tgl 28 Januari 1998, sehingga Juas total Taman Wisata Alam Gunung Tunak 936,02 hektar. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan penataan batas di TWA Gunung Tunak yang didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 598/Menhut-ll/2009 tanggal 2 Oktober 2009, dengan hasil penataan batas seluas - 1.217,91 hektar. 

Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan satu-satunya kawasan konservasi yang ada di Loteng dan merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan musim dataran rendah atau hutan musim bawah.

Keadaan tegakan hutan yang cukup rapat dengan permudaan yang cukup banyak serta kondisi topografi mulai dari sedang sampai berat membuat bentang alam Taman Wisata Alam Gunung Tunak terlihat sangat sangat elok. 

Formasi vegetasi hutan Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang membentang dengan luas kurang lebih 1.217,91hektar, ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai division seperti Thalloepyta, Briophyta, Pteridophyta dan divisi Spermatophyta yang tersebar secara merata hampir diseluruh kawasan. 

Ekosistem hutan Gunung Tunak juga merupakan habitat berbagai jenis satwa mulai dari klas primata, aves sampai klas mamalia antara lain Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), Biawak (Varanus salvator), Ular Piton (Phytonsp) Trenggiling (Manis javanica), Ular (Colobridae,spp), Kadal (Mabouya spp), Ayam Hutan (Gallus gallus), Kepodang,Burung Pipit (Lonchura sp.), Kecial (Zosteraps chlaris), Bubut Alang - alang (Centropus bengalensis) dan beberapa jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yaitu Isap Madu Lombok (Linchmera lombokia), Raja Udang (Haleyon chloris), Elang Bondol (Heliatur /indus), Burung Gosong (Megapodius reinwartatii), Koakiau (Philemon buceroides),Rusa Timor (Cervus timoriensis). 

Selain potensi flora dan fauna tersebut, Taman Wisata Alam Gunung Tunak juga memiliki potensi objek serta daya tarik wisata lain yang cukup menarik apabila dikembangkan secara professional yaitu potensi wisata bahari seperti wind surfing, snorkeling, sun bathing, dan lain-lain, Hal ini tidak terlepas dari posisi geografis Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang terletak diujung selatan Pulau Lombok dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. 

Dilihat dari aspek pengembangan pariwisata alam, Taman Wisata Alam Gunung Tunak mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang sebagai objek daya tarik wisata alam andalan di Pulau Lombok karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari objek wisata pantai Kuta Loteng. 

Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan satu-satunya kawasan konservasi yang ada di Loteng yang kondisinya masih terjaga dan alami. 

Formasi vegetasi hutan Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang membentang dengan luas kurang lebih 1.217,91hektar, ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai division seperti Thalloepyta, Briophyta, Pteridophyta dan divisi Spermatophyta yang tersebar secara merata hampir diseluruh kawasan. (AP)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close