 |
Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Senggigi, Suhermanto. |
Lombok Barat (postkotantb.com)-Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Senggigi, Suhermanto, menyayangkan pemberitaan di media, tentang dugaan adanya penari telanjang (Striptis), di salah satu kafe di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), belum lama ini.
"Kami sebagai APH Senggigi sangat terpukul dengan adanya pemberitaan-pemberitaan itu," keluh Herman, sapaannya, Rabu (05/06).
Jika berita itu disertai bukti, seharusnya ada upaya untuk mengklarifikasi pemilik cafe atau pihak asosiasi yang menaungi tempat hiburan di kawasan Wisata Senggigi.
Tentunya video tersebut dapat dikaji dan diuji forensik terlebih dahulu, untuk memastikan benar tidaknya rekaman video atau pun foto, agar berita yang ditayangkan tidak terkesan tidak benar (Hoaks).
"Saya mengapresiasi kinerja awak media yang selama ini membantu mengekspose wisata Senggigi. Tapi apa yang disebutkan di dalam pemberitaan ini tidak benar. Apalagi Angka Rp 10 juta itu bukan harga yang masuk akal," tegasnya.
Diakui, pelaku usaha di kawasan wisata tersebut tengah berbenah bersama pemerintah daerah. Baik dari fasilitas, kebersihan dan keamanan.
Pemberitaan tersebut, telah menyudutkan para pemilik tempat hiburan dan memberikan dampak buruk terhadap image seluruh pihak yang menjalankan usaha di sepanjang kawasan wisata Senggigi.
Belum lagi di tengah Iklim usaha yang saat ini kondisinya tidak baik-baik saja. Terlebih lagi dengan menjamurnya kafe-kafe ilegal, serta polemik kenaikan pajak yang ditetapkan pemerintah sebesar 40 persen.
"Kalaupun ada oknum yang keliru, atau keterlibatan agen tempat hiburan, mohon sebelum diberitakan diklarifikasi dulu, agar konotasinya tidak membias. Dengan pemberitaan itu, kita jadi saling tuduh, siapa oknum Agen ini," katanya.
Kendati demikian, APH Senggigi tidak akan membawa persoalan ini ke jalur hukum. Malah sebaliknya, pihaknya akan kembali menjalin komunikasi yang lebih intens dengan awak media, demi mendongkrak nama baik kawasan wisata Senggigi.(RIN)
"Kami sebagai APH Senggigi sangat terpukul dengan adanya pemberitaan-pemberitaan itu," keluh Herman, sapaannya, Rabu (05/06).
Jika berita itu disertai bukti, seharusnya ada upaya untuk mengklarifikasi pemilik cafe atau pihak asosiasi yang menaungi tempat hiburan di kawasan Wisata Senggigi.
Tentunya video tersebut dapat dikaji dan diuji forensik terlebih dahulu, untuk memastikan benar tidaknya rekaman video atau pun foto, agar berita yang ditayangkan tidak terkesan tidak benar (Hoaks).
"Saya mengapresiasi kinerja awak media yang selama ini membantu mengekspose wisata Senggigi. Tapi apa yang disebutkan di dalam pemberitaan ini tidak benar. Apalagi Angka Rp 10 juta itu bukan harga yang masuk akal," tegasnya.
Diakui, pelaku usaha di kawasan wisata tersebut tengah berbenah bersama pemerintah daerah. Baik dari fasilitas, kebersihan dan keamanan.
Pemberitaan tersebut, telah menyudutkan para pemilik tempat hiburan dan memberikan dampak buruk terhadap image seluruh pihak yang menjalankan usaha di sepanjang kawasan wisata Senggigi.
Belum lagi di tengah Iklim usaha yang saat ini kondisinya tidak baik-baik saja. Terlebih lagi dengan menjamurnya kafe-kafe ilegal, serta polemik kenaikan pajak yang ditetapkan pemerintah sebesar 40 persen.
"Kalaupun ada oknum yang keliru, atau keterlibatan agen tempat hiburan, mohon sebelum diberitakan diklarifikasi dulu, agar konotasinya tidak membias. Dengan pemberitaan itu, kita jadi saling tuduh, siapa oknum Agen ini," katanya.
Kendati demikian, APH Senggigi tidak akan membawa persoalan ini ke jalur hukum. Malah sebaliknya, pihaknya akan kembali menjalin komunikasi yang lebih intens dengan awak media, demi mendongkrak nama baik kawasan wisata Senggigi.(RIN)
0 Komentar