Oleh ; Didin Maninggara
Publik sudah tahu siapa Bang Zul, sapaan familiar Zulkiflimansyah. Ia adalah Gubernur NTB periode 2018-2023.
Sosoknya sederhana. Banyak menghiasi pemberitaan di media. Namun berita-berita jarang mengungkap kebiasaan-kebiasaan unik pria kelahiran Sumbawa itu.
Apa saja yang menarik simpati dari publik tentang sosoknya yang sederhana, bahkan fenomenal. Tidak banyak pejabat di Indonesia yang memilikinya?
Pertama, Ketika jadi gubernur hingga purnatugas, Bang Zul menyebar nomor teleponnya ke publik.Tak terhitung, berapa banyak pesan WA yang masuk ke HP-nya setiap hari, umumnya dari rakyat biasa, alias rakyat akar rumput. Ia langsung membalas sendiri, karena HP itu ia yang pegang. Maka semua WA itu otomatis ia baca. Dari yang hanya menyapa, mengadu, sampai yang mengharap perhatian.
Ia tidak ganti nomor HPnya. Bahkan terbetik kabar, pernah suatu ketika HP Bang Zul hank sampai tidak bisa lagi digunakan. Sudah begitu pun tetap tidak ganti nomor.
Kalau ditanya, mengapa berbuat demikian? Sedangkan gubernur lainnya tidak. Menurutnya, itu adalah kewajiban. Rakyat harus bisa lapor sendiri ke pemimpinnya langsung. Ia tidak marah dicaci maki karena itulah hak rakyat.
“Mereka sudah memilih saya sebagai pemimpinnya, maka mereka berhak marah-marah pada saya,” begitu kata pria yang pernah tiga periode menjadi anggota DPR RI Dapil Banten itu.
Tidak Pakai Admin
Sebagian besar pejabat, termasuk politisi, pasti memakai Sespri atau ajudan untuk mengoperasikan WA maupun twitternya. Tapi Bang Zul tidak. Ia mengadmini sendiri akun FB, WA dan twitternya. Ia memposting sendiri dan membalas mention followernya. Dari sapaan akrab sampai nada marah ia baca. Buli-bulian sudah jadi makanan sehari-hari.
Biasanya Bang Zul WA-WAan dan twiteran pagi hari sebelum kerja, di mobil dalam perjalanan, atau malam hari menjelang istirahat.
WAnya memang ditujukan untuk pelayanan publik. Ketika ada aduan, ia langsung meneruskan ke pejabat terkait. Tak terhitung banyaknya masalah dari keluhan maupun harapan warga, orang sakit, dan lain lain yang diselesaikan hanya dengan mention Bang Zul.
Apa Bang Zul tidak capek? Ketika ditanya, ia menjawab karena passion.
“Ya dasarnya saya memang senang WA-WA-an dengan warga. Jadi tidak merasa berat dan capek. Dibully itu hal biasa, nggak usah baperan jadi orang,” ujarnya.
Hobi Telepon Warga
Kabarnya hampir setiap malam Bang Zul menelepon warganya. Siapa yang ditelepon? Ya mereka yang mengadu tentang masalahnya. Bisa dari aduan di WA atau di medsos. Makanya ketika dapat aduan, Bang Zul sering sekali tanya “anda siapa, orang mana, warga tinggal dimana?”
Banyak yang baper karena mengira Bang Zul tidak suka dikritik. Padahal, ia ingin memastikan identitas pelapor. Melapor ya harus jelas. Setelah jelas ia pasti tanya nomor telepon.
Dari menelepon itu ia bisa mendapat laporan lengkap permasalahan yang diadukan. Atau acapkali juga Bang Zul menelepon untuk menjelaskan masalah sebenarnya kepada warga tersebut. Ia akan menjelaskan dengan runtut dari A sampai Z. Makanya butuh waktu lama.
Nah biasanya, orang yang marah-marah sampai mencaci maki itu hanya berani di pesan teks saja. Kalau ngomong langsung ya kalem. Sering sekali orang yang marah-marah, ketika ditelepon Bang Zul kemudian tidak jadi marah. Ngomongnya jadi halus, bahkan merasa sungkan dan berulangkali meminta maaf.
Gubernur Keluyuran
Bang Zul suka gaul. Suka juga keluyuran. Doyan masuk desa hingga dusun terpencil juga hobinya.
Kala mahasiswa, (Fakultas Ekonomi UI) ia pernah jadi ketua senat mahasiswa.
Karena itulah ketika jadi gubernur, ia tidak pernah suka duduk di belakang meja. Ia hanya ngantor full hari-hari tertentu. Selebihnya keluyuran kemana-mana. Kalau rekor MURI mau mencatat, dia pasti sudah ditahbiskan sebagai gubernur yang mengunjungi desa dan silaturrahmi paling banyak selama menjabat.
Dia juga suka tidur di rumah-rumah warga desa. Punya juga kebiasaan ngobrol bareng dengan warga, baik ketika dikunjungi di Pendopo maupun mengunjungi desa-desa.
Ia keliling dari sekolah formal hingga informal. Ngobrol santai dengan guru-guru bahkan siswa.
Belum lagi keluyuran tidak resmi seperti sepedaan santai dan masuk ke lingkungan warga, pasar, dan mengecek fasilitas publik lainnya.
Ketika masa pandemik keluyurannya dibelokkan ke sosialisasi covid. Memotivasi semangat warga tentang pentingnya menjaga kesehatan. Jaga jarak. Hindari kerumunan. Pakai masker dan hal lain untuk menghindari pandemik.
Saat jadi gubernur, ia nyaris setiap hari berani menempuh risiko mengunjungi pasien covid untuk menyemangati.
Dari fakta Bang Zul tersebut di atas, saya menempatkan ia sebagai seorang pemimpin berlatar politisi, punya kekuatan personal, yang memenuhi tiga unsur penting dalam perspektif dasar pemilu langsung, yaitu memiliki potensi kuat untuk terpilih (elektabilitas), dikenal dan disukai, serta mempunyai kapasitas.
Tiga unsur tersebut menjadikan Bang Zul memiliki kemampuan lebih dalam menjalankan visi misi kepemimpinannya yang dapat memperkuat kinerja, jika terpilih kembali pada Pilgub NTB 27 November mendatang bersama cawabup Abah Uhel yang sudah malang melintang di dunia politik dan pemerintahan.
Bang Zul dan Abah Uhel pun memiliki kesholehan yang konsisten yang mengantarkan pada kepedulian sosial yang mumpuni.
Jika dikaitkan dengan identitas utama NTB, yang juga identitas utama Indonesia, yakni hidup rukun di tengah pluralitas agama, budaya, dan etnis karena antara lain direkat oleh Islam sebagai pemeluk mayoritas, sangat berperan dalam mengikat harmonisasi berbagai aspek kehidupan.
Ia mampu merancang dan membuat program yang riil yang berdampak langsung pada masyarakat. Tentu, hal ini karena dilandasi semangat kinerja kepemimpinan untuk kepentingan rakyat, bukan keberpihakan pada kalangan tertentu.
Mampu mengambil kebijakan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan dan roda pemerintahan yang multi sektor. Punya pula keberanian melakukan terobosan dalam penyelesaian masalah-masalah krusial secara proporsional, dalam arti, mana yang harus dikerjakan atau melibatkan masyarakat, dan mana yang harus dilakukan pengusaha atau investor, dengan tidak melanggar aturan.
Tidak banyak janji, namun bukti yang ditunjukkan.
Mampu menjadi pemimpin yang melayani dengan mengedepankan pelayanan yang marhamah, lebih sering mendengar harapan dan keluhan masyarakat, memperpendek dan mempermudah alur birokrasi.
Piawai dalam penyelesaian berbagai persoalan sosial kemasyarakatan, maupun persoalan pembangunan dan birokrasi.
Transfaran dan akuntabel dalam mengolah keuangan maupun administrasi pemerintahan. Hal ini sebagai salah satu upaya antisipatif kebocoran keuangan negara.
Tingginya elektabilitas Zul-Uhel yang dibuktikan oleh berbagai hasil poling survei dari lembaga survei kredibel, secara elektoral sangat potensial meraih kemenangan. Insya Allah.
(Bersambung ke episode 2).
0 Komentar