Mataram (postkotantb.com) - polemik
dan kontroversi perubahan nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi
ZAM Air Port sangat kontraproduktif jika terjadi pembiaran yang berlarut
- larut tanpa titik temu.
Tentu ini akan merugikan citra baik masyarakat Gumi
Pair Lombok yang terkesan tidak kompak dan bersatu. Padahal sebagai pulau
pulau seribu masjid, masyarakat harusnya bangga salah satu tokoh pahlawan
nasionalnya diabadikan namanya dlm prasasti Bandara Internasional ZAM.
Konfrontasi wacana dan aksi pro-kontra, jika tidak ada
penyelesaian secara holistik dan kultural akan merugikan semua pihak yang
bersengketa. Stigma lama bahwa masyarakat Lombok sulit bersatu dan mudah
dipecah belah semakin kuat pembenarannya.
Demikianlah diungkapkan oleh Lalu Andi Sumantri salah satu
tokoh loteng dari Desa Penujak, Jumat (14/9).
Mamiq Andi mengaku prihatin dan tidak habis pikir
mengapa urusan penggantian nama bandara internasional Lombok diributkan
secara terbuka. Padahal dengan perubahan nama tersebut, secara religius
dan kultural ada penghormatan kepada ketokohan TGH Zainuddin Abdul
Majid sekaligus wujud Bhakti warga Gumi Pair menghormati peran
kepahlawanan dan perjuangan TGH Zainuddin Abdul Madjid. "Sebagai Umara tidak ada yang salah dalam pengabadian
nama TGH Zainuddin Abdul Madjid sebagai nama bandara internasional di
pulau Lombok," ungkapnya.
Mamiq Andi menambahkan dirinya merasa khawatir jika
polemik ini tidak ditangani secara bijaksana oleh para stakeholder yang
terlibat. Segresi sosial ini akan menjadi pintu masuk timbulnya konflik
horizontal yang lebih massif.
" Untuk itu Pemerintah segera turun tangan
menenangkan situasi meregangnya sosial kemasyarakatan yang sedang
menyimpan bara api ini," bebernya.
Moderasi Ekskalasi Konflik
Sementara itu tokoh Pemuda Milineal lintas Ummat ,
Sudirman Harianto melihat kecendrungan meluasnya ekskalasi konflik pro kontra
soal isu bandara diduga atau ditengarai faktor X dibalik isu ini. Hal ini
terlihat dari tampilnya sejumlah tokoh elit yang tidak bebas kepentingan dalam
menggalang euphoria psykologi massa dengan jargon -jargon perlawanan.
" Segera melakukan moderasi Ekskalasi Konflik penting
dilakukan agar tidak menjadi bola liar yang tidak bisa dikontrol," tambahnya
sembari mengatakan perluasan konflik isu bandara ini terlokalisir diseputaran
kalangan tokoh dan elit yang saling berseberangan sikap dan pendapat.
" Sementara itu posisi tawar rakyat diduga hanya
dijadikan landasan legitimasi. " Massa Rakyat sebagian besar diorganisir
secara instan, mereka bergerak bukan atas “kesadaran indigenous” dalam
memahami peta masalahnya," paparnya.
Menurutnya, dalam konflik ini yang *bertempur
wacana* hanya sebatas elit politik. Proses penyelesaian atau mediasi konfliknya
lebih mudah terlokalisir karena tanpa melibatkan kekuatan rakyat dalam
arti sesungguhnya.
"Model penyelesaian sangkep mencari titik temu
diantara para elit penting dikedepankan secara adil dan transparan untuk
mengurai permasalahan dari semua aspek," pungkasnya. (Eka)
0 Komentar