Lombok Utara, (postkotantb.com) - Salah satu Kesenian Cupak Gerantang yang kerap mengisi berbagai acara sebagai hiburan masyarakat Kabupaten Lombok Utara terancam akan punah. Pasalnya generasi yang bakal melanjukan kesenian Cupak Gerantang hampir tak ada lagi, terutama di kalangan pendidikan atau sekolah sekolah sebagaimana dulu.
Tempo dulu, kesenian Cupak Gerantang ini kerap mengisi acara acara keluarga maupun acara pemerintah sebagai sarana dalam misi membawa pesan yang cukup sederhana namun bermakna.
Setidaknya ada empat karya budaya tradisional yang sering tampil di acara acara kelarga dan pemerintah yaitu, Cupak Gerantang, Wayang kulit, Rudat, Sireh, dan lain-lain.
Kesenian Cupak Grantang adalah salah satu pertunjukan teater rakyat tradisional khas lombok yang menceritakan dua sisi sifat buruk manusia yauitu, cupak sifat yang yang buruk pada diri manusia, ia rakus, suka mendengki, seringkali berkhianat bahkan suka mencuri dan Grantang seseorang yang rendah hati, jujur, budi pekertinya baik, dan tutur katanya pun sopan.
Cupak Grantang adalah pertunjukan teater rakyat tradisional khas Bali dan Lombok yang sederhana dengan alat musik Gerantang sebagai salah satu alat musik pengiring teater rakyat ini. Ceritanya berpusat pada dua tokoh kakak beradik yaitu Cupak dan Grantang. Cupak mencerminkan semua sifat yang yang buruk pada diri manusia, ia rakus, suka mendengki, seringkali berkhianat bahkan suka mencuri.
Karakternya pun digambarkan dalam penampilan ataupun topengnya di mana ia berwajah buruk rupa, berbadan tambun, dan gerak geriknya mencerminkan sifat culas. Sedangkan Grantang sang adik, adalah seseorang yang rendah hati, jujur, budi pekertinya baik, dan tutur katanya pun sopan. karakternya digambarkan sebagai pemuda yang tampan, bertubuh bagai kesatria tegap namun luwes, gagah dan gerak-geriknya halus.
Satu catatan kecil, ketika dipentaskan seringkali tokoh Gerantang yang lelaki ini diperankan oleh seorang wanita, untuk memudahkan diperlihatkannya ketampanan dan gerak gerik yang halus.
Sang kakak Cupak seringkali mencurangi bahkan dalam salah satu lakon berusaha membunuh sang adik Grantang. Namun Grantang adalah seorang yang pemaaf dan tak pernah menyimpan dendam pada kakaknya. Hubungan di antara keduanya memang dimaksudkan untuk menggambarkan dua sifat pada manusia,baik dan buruk, yang terus mengalami pertentangan. Namun sebagai cerita rakyat yang mendidik, Lakon ini selalu diakhiri dengan menangnya sifat baik yang ada dalam diri manusia.
Lakon Cupak Grantang ini pada awalnya adalah sebuah bentuk seni tari topeng yang lama-kelamaan dikembangkan menjadi Lakon teater tradisional, dengan tujuan menjadi media pendidikan yang dapat dicerna anak-anak juga, sehingga penuh dengan humor.
Fragmen dalam pertunjukan Cupak Gerantang sebenarnya sudah sangat umum di Nusantara. Cerita tentang si baik dan si buruk berikut nasib yang menyertai dalam kehidupan mereka. Tentunya nilai-nilai seperti sangat universal dan umum. Sisipan nilai-nilai seperti ini acap ditemui dalam folklore yang ada di Nusantara.
Menurut salah seorang tokoh adat Bayan sekaligus pelaku Kesenian Cupak Geratang, Raden Gedarip (75), Selasa (31/5/2022) pada wartawan media ini pekan lalu, plot pertunjukan Cupak Gerantang memiliki tema dari fragmen besar tersebut, baik dan buruk, termasuk konflik-konflik di dalamnya. Itulah mengapa saya menganggap Pertunjukan Cupak Gerantang tak sekedar hiburan, fungsinya lebih jauh daripada itu, pertunjukan ini juga menjadi sarana pengingat yang sungguh filosofis.
Drinya mengaku sering di datangi warga untuk tampil dalam acara tertentu, namun karena usianya yang sudah Uzur tak jarang pula Ia menolak. Raden Gedarip sangat berharap ada pemerintah Kabupaten Lombok Utara melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk masukkan kesenian Cupak Gurantang dalam kegiatan Exrakulikuler anak anak di SMP, SMA sederajat, agar tidak punah di telan zaman, ungkapnya, harapnya (red)
0 Komentar