Direktur
Mi6 Bambang Mei Finarwanto
Mataram (postkotantb.com)- Sejatinya daya tarik Pilgub NTB
terletak pada paket Zul Rohmi yang kehadirannya melawan mainstream politik (
baca : Anomali ) serta terkesan ada hidden agenda dari sisi kalkulasi
politik.
Dimana suku
minoritas diberi kepercayaan penuh tanpa ‘reserve’ jadi papan satu . Sementara
papan dua, seorang perempuan yang dalam sejarah pilkada langsung ataupun tidak,
baru pertama berlaga melawan ‘kaum maskulin jawara politik’
Mi6 justru
melihat, disinilah kecerdikan politik mendesign paket Zul-Rohmi. Ada celah dan
kesempatan yang hendak ‘dimainkan’ on target dibalik kemunculan paket Zul-Rohmi.
Agaknya
invisible hand politik Zul-Rohmi pasti memiliki kalkulasi yang kuat, dan alasan
pembenar mendobrak kelaziman politik konvensional. Semangat mendekonstruksi
pola pikir lama sejatinya ingin ditampilkan dengan muncul nya Zul-Rohmi.
Zul-Rohmi
dihajatkan sebagai antitesa melawan kecendrungan dan pakem politik ortodok.
Maka jangan heran, ibarat ‘kuda pacu’ langkah dan manuver politik Zul-Rohmi
dalam menggalang dukungan dan simpati rakyat sedemikian ofensif dan
intensif. Dengan tim ramping plus mobilitas dengan daya jelajah cepat dan
masiv dari satu titik ke titik lain, makin sulit ditandingi.
Demikianlah
analisis Mi6 yang disampaikan ke Media, Kamis, 8/2/2018
Mi6 menduga
sebagai kreator politik Zul-Rohmi, TGB dalam perspektif politik ingin memainkan
psikologi paslon lain dengan memasang paket Zul-Rohmi yang tidak populer, lemah
sekaligus aneh. " tentu sebagai arsitek politik, TGB punya hidden
agenda yang belum.saatnya diungkap," kata direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto
yang akrab dipanggil didu.
Didu melihat,
sejatinya TGB mempertaruhkan segala nya dibalik kreasi politiknya Zul
Rohmi. TGB sadar bahwa eksperimen paket Zul-Rohmi akan berkonsekwensi effect
domino yang luas dan dasyat jika mengalami turbulensi diluar prediksi. "Sadar
posisinya dipandang underdog, Zul-Rohmi justru menjawabnya dengan makin
rapi bergerak dan seolah olah tanpa beban,"ujar mantan Eksekutif Daerah
Walhi NTB ini.
Kecepatan
gerak Zul-Rohmi dalam melakukan penetrasi dan membuka jejaring baru pemilih ini
sebagai strategi taktis untuk menambah barisan loyalis vottersnya ditengah
lambannya gerak Paslon lain. " celah ini yang kemudian dimanfaatkan Zul-Rohmi
masuk ke jantung pertahanan paslon dikala lengah," tambahnya.
Selanjutnya
Didu, panggilan karib direktur Mi6, permainan politik yang ditampilkan dalam
Pilgub NTB ini akan menjadi pertaruhan prestise dan truff politik TGB. Hal ini
tentu terkait bagaimana marwah kekuasaan politik di NTB tetap dipertahankan dan
dipegang. " TGB tidak ingin hasil PilGub NTB nanti out of control,"
ujarnya.
Meskipun
demikian lanjut Didu, dengan empat Paslon yang tampil di PilGub NTB kekuatan
politik dan dukungan semua calon berimbang." Tidak ada Matahari tunggal di
PilGub NTB," ujar didu sembari menyebut bocoran info lembaga survey
konon elektabilitas masing-masing paslon tidak terpaut dan Zul-Rohmi
masuk urutan keempat elektabilitasnya.
Mesin Partai dan Relawan
Selanjutnya
Direktur Mi6 minta agar paket Zul-Rohmi sebagai anti tesa politik perlu
menyakinkan ke publik yang masih meragukan ikhtiar dan kapasitasnya bisa
menandingi kekuatan tiga jawara politik tersebut. "dikalangan kelas
menengah lebih mudah diyakinkan persepsinya, tapi untuk masyarakat jelata perlu
dibangun solidaritas dan empati sosial. Dan ini perlu pendekatan ekstra
ordinary," tandas Didu.
Dalam
pandangan Mi6, Belajar dari kemenangan TGB dalam pilkada 2008 silam, yang
menjadi paslon tak diunggulkan dibanding incumbent saat itu. Diprediksi Zul-Rohmi
diarahkan seperti nostalgia politik TGB tahun 2008 yang berakhir dengan Happy
ending tersebut. "saat itu di Pilgub NTB tahun 2008, publik cenderung
tidak mengunggulkan pasangan TGB Badrun Munir melawan incumbent paslon Serinata
Husni Jibril yang berakhir dengan kemenangan telak TGB BAM itu," ungkap
didu.
Sebagai
sutradara politik, lanjut Didu , Gerakan dan manuver Zul-Rohmi mirip dengan apa
yang dilakukan TGB dulu, yaitu mengandalkan kecepatan gerak dalam melakukan
penetrasi step by step pada semua lini dan titik konsentrasi pemilih. Ciri
lainnya adalah Zul-Rohmi cenderung menguasai kantong kantong pemilih
dipinggiran atau akar rumput. "Ini kemudian yang membentuk jaring jaring
pemilih yg terintegrasi satu sama lain pada setiap kontak person diwilayah yang
membentang dari Mataram sampai dengan Bima," terangnya.
Lebih jauh
Didu mengulas peran partai dan Relawan Zul-Rohmi perlu di atensi dan di
apresiasi dalam mendongkrak elektabilitas Zul-Rohmi." Mereka adalah garda
terdepan Zul-Rohmi yang membukakan.semua akses masuk Zul-Rohmi ke kantong
pemilih yang strategis," kata Didu.
Didu
memprediksi pasca penetapan Paslon oleh KPU NTB tanggal 12 Februari 2018
mendatang bisa jadi konstelasi Pilgub NTB lebih dinamis. Hal ini terkait Paslon
Pilgub NTB akan melepaskan semua atribut yang melekat pada dirinya, baik
sebagai bupati, walikota dan anggota parlemen. "justru disini
menariknya konstestasi Pilgub NTB, ketika semua Paslon tersebut bertarung
apa adanya," lanjutnya.
Terakhir lanjut Didu, peta politik
pilkada serentak di NTB juga menyulitkan Paslon dan parpol untuk melakukan
sinergitas kerja tim dibasis pemilih terkait tidak liniernya koalisi Paslon di
propinsi dan kabupaten/kota. "Ini tentunya secara psikologis politik akan berdampak
pada kekompakan kerja teamwork jika tidak saling menjaga kepercayaan," pungkasnya. (Eka)
0 Komentar