Mataram
(postkotantb.com) - Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah
dan Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) memiliki cara tersendiri untuk
menjaga stabilitas harga komoditi pertanian di NTB terutama di sektor pertanian
tanaman pangan.
Stabilitas
harga komoditi Padi dan Jagung, juga akan bermuara pada peningkatkan
kesejahteraan petani yang dapat diukur dengan indeks Nilai Tukar Petani (NTP)
yang disusun BPS nantinya.
Seperti
diketahui, selama ini harga komoditi sektor tanaman pangan khususnya padi dan
jagung kerab tidak stabil. Jika musim panen harga menjadi anjlok sangat murah,
dan berdampak pada pendapatan petani dan tingkat kesejahteraannya. Sementara
jauh dari musim panen, harga meningkat tajam dan menyebabkan inflasi daerah.
Cagub
NTB, Dr Zulkieflimansyah menilai, ketidakstabilan harga komoditi itu disebabkan
lantaran belum hadirnya industri-industri pengolahan yang bisa menampung hasil
produksi pertanian petani di NTB.
Menurut
dia, pendekatan yang digunakan selama ini masih terkesan pendekatan snapshoot,
yang hanya menyelesaikan masalah, ketika ketidakstabilan harga terjadi, tanpa
mengatasi akar masalahnya, sehingga menjadi masalah klasik yang tiap tahun
terjadi.
Misalnya,
ketika harga anjlok maka petani diberi bantuan dan stimulan, sementara saat
harga tinggi pemerintah melakukan operasi pasar untuk melindungi masyarakat
kurang mampu.
"Zul-Rohmi
tidak menggunakan pendekatan yang snapshoot seperti itu, tapi pendekatan yang
berkesinambungan dan menukik ke akar masalahnya. Banyak ketidakstabilan ini
bukan hanya masalah pangan, tapi karena tidak hadirnya industri pengolahan,"
kata Dr Zul, dalam siaran persnya, Senin (28/5) kepada Media.
Ia
mengatakan, produksi gabah dan jagung di NTB selalu surplus, namun ketidakstabilan
harga masih terjadi. Sebab, selama ini komoditi yang dijual keluar masih dalam
bentuk mentah.
"Harga
tidak stabil karena, baik yang diserap Bulog maupun yang kita kirim keluar, ke
Bali Jakarta dan Surabaya dalam bentuk mentah. Tugas kami adalah bagaimana
dorong agar industri pengolahan hadir, sehingga nilai tambah muncul. Kalau itu
terjadi Insya Allah ketidakstabilan itu bisa dicegah, bahkan bisa jadi ekonomis
produksi," kata Dr Zul.
Zul
mengakui, untuk menghadirkan industri pengolahan bukan persoalan sederhana dan
membutuhkan komitmen juga waktu. Sebab, untuk menhadirkan investasi industri
pengolahan, daerah juga harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
"Memang
bukan masalah sederhana, karena ini tidak semudah kita membalik telapak tangan.
Sehingga kita juga hadirkan infrastruktur non-fisik di Kampus-Kampus untuk
menciptakan
SDM yang kondusif tentang itu," katanya.
Dr
Zul menambahkan, kehadiran industri pengolahan dan penyiapan SDM yang memadai
akan memperkuat posisi NTB yang selama ini merupakan lambang lumbung pangan
nasional.
"NTB
ini kan lambang lumbung pangan nasional, jadi jangan sampai petani kita ini
miskin di tengah keberlimpahan kita. Kenapa kita tidak datang dengan pendekatan
yang mendasar, hadirnya industri pengolahan itu akan menjadi nilai
tambah," tukasnya.
Peran Perbankan
Selain
kehadiran industri pengolahan, papar Zul, peran sector perbankan juga akan
ditingkatkan untuk upaya stabilisasi harga komoditi pertanian dan juga untuk
peningkatan kesejahteraan petani di NTB.
Selama
ini, kredit perbankan yang dikucurkan sebagian besar masih didomonasi kredit
konsumtif, dan juga akses petani untuk pinjaman modal masih sangat terbatas.
"Kami
juga akan dorong peran perbankan di NTB, tapi dengan cara berpikir agak
berbeda. Perbankan ini harus ada political will untuk dorong kredit modal usaha
dan kredit ke hal yang produktif," katanya.
Semangat
program kerja yang akan dijalankan Zul-Rohmi ini, juga sempat disampaikan
pasangan nomor urut 3 ini dalam debat kandidat Paslon Pilkada NTB beberapa
waktu lalu. Hal serupa juga disampaikan langsung oleh Dr Zul maupun Dr Hj Sitti
Rohmi dalam setiap kali kampanye blusukan mereka ke para petani di Lombok dan Sumbawa. (Eka)
0 Komentar